Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Saat Perempuan Mempertaruhkan Kesehatan Mental di Zaman Digital

Dr. Firman Kurniawan S. Senin, 10 Oktober 2022
Di zaman digital, era media sosial, ini, jangan sampai kesehatan mental kita jadi taruhannya, Kawan Puan.
Di zaman digital, era media sosial, ini, jangan sampai kesehatan mental kita jadi taruhannya, Kawan Puan. lerbank

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Ini misalnya, saat media digital mengkampanyekan soal kesetaraan gender di tempat kerja berikut dorongan agar kelompok ini berjejaring.

Media digital juga bermanfaat sebagai perangkat kerja yang ampuh bagi pengusaha perempuan. Dan ia juga berguna memuat konten sosialisasi positif, terkait tubuh perempuan.

Namun tak bisa ditampik, manakala perempuan seringkali punya pengikut yang lebih banyak dalam jaringan sosialnya, ini mendorong perempuan lebih intensif dan interaktif menggunakan media digital. Implikasinya, komparasi dan pembicaraan tentang bentuk tubuh antar perempuan tak terhindarkan.

Juga, perempuan jadi sasaran yang jitu bagi iklan bertarget pemasaran produk-produk perawatan tubuh. Yang ketika informasi itu tak digubris, justru menimbulkan perasaan terisolasi bagi perempuan.

Baca Juga: Ini Cara Afina Syifa Mengedukasi Orang Tua Terkait Gangguan Kesehatan Mental yang Dialaminya

Media Digital dan Degradasi Kesehatan Mental

Penggunaan media digital yang berlebihan, sering dikaitkan dengan munculnya gejala depresi, kesepian, problem identitas, hingga keinginan yang kuat dari penggunanya untuk melakukan bunuh diri.

Tentu saja seluruhnya buruk bagi perkembangan bangsa. Maka jika tak ingin ini jadi pertaruhan yang memerosokkan perempuan pada degradasi kesehatan mental, keterkaitan di antara keduanya, perlu memperoleh pemahaman mendasar.

Pengaruh media digital pada kesehatan mental, hadir dalam bentuk sirkular: dari rasa terpenuhinya kebutuhan oleh informasi yang diakses, timbul rasa ingin mengulang perasaan yang dialami.

Manakala pengulangan ini tak dilakukan, terjadi rasa kekosongan pada diri. Ini sebuah ketaknyamanan yang memerlukan tindakan untuk menghilangkannya.