Duka Keluarga Rafi Anak Korban Kanjuruhan, Jenazah Sempat Tak Dikenali

Saras Bening Sumunar - Rabu, 5 Oktober 2022
Karangan bunga untuk para korban Kanjuruhan
Karangan bunga untuk para korban Kanjuruhan KOMPAS.com/SUCI RAHAYU

Setelah menyadari Rafi hilang, anak pertama Sumarsih kemudian langsung menghubunginya dan mencari tahu keberadaan Rafi.

Hal ini lantaran Rafi tak juga merespon telepon dari kakak pertama dan kakak keduanya.

"Kedua kakaknya sudah mencoba telepon berkali-kali tapi tidak diangkat," tuturnya.

Sumarsih kemudian berusaha menelepon ponsel milik Rafi.

Ponsel tersebut pun diangkat oleh seorang perempuan dan meminta Sumarsih untuk segera menuju RSI Gondanglegi.

"Setelah itu saya telepon anak saya, anak saya langsung menuju ke RSI, anak yang nomor satu sama nomor dua ke RSI berboncengan," jelasnya.

Saat mencari di ruang perawatan, kedua kakak Rafi tak menemukan keberadaan adiknya.

"Kalau nggak ada tolong cari di ruang jenazah," kata Sumarsih menirukan ucapan perawat saat ditanya anak-anaknya di RSI Gondanglegi.

Jenazah yang Tidak Dikenali

Baca Juga: Update Jumlah Anak Korban Kanjuruhan Menurut Data Resmi KemenPPPA

Karena tak menemukan Rafi di ruang perawatan, kedua kakak Rafi pun menuju ruang jenazah.

Sumarsih mengungkap jika anak pertamanya mencoba mencari keberadaan Rafi dengan membuka satu-persatu kantong jenazah.

Sayangnya, tak satupun jenazah yang ia kenali.

"Anak (pertama) saya cari ke ruang jenazah, (kantong jenazah) dibuka satu per satu, kok nggak ada, karena di situ semua mukanya gosong, jadi nggak jelas wajah adiknya, dan agak bengkak," ucap Sumarsih.

Karena hal tersebut, anak pertama dan keduanya memutuskan untuk membuka kantong jenazah lebih lebar.

Ini dilakukan untuk mengenali pakaian yang digunakan Rafi.

"Dibuka satu per satu, ternyata di situ ada Rafi, dia teriak, dia telepon saya," kenangnya.

Sang anak pun segera menelepon Sumarsih dengan memberikan kabar duka ini.

"Bu Rafi gak ono (meninggal). Bu, Rafi meninggal dunia kena korban Arema," kata Sumarsih menirukan ucapan anaknya saat itu.

Mendengar kabar tersebut, Sumarsih menangis dan menjerit.

Sang anak yang disayangi, harus meregang nyawa setelah menyaksikan laga klub sepak bola kecintaannya.

"Saya teriak, saya nangis, saya nggak bisa apa-apa waktu itu. Saya hanya bisa nangis dan teriak aja," pungkasnya.

Baca Juga: Pasangan Suami Istri Tewas Akibat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

(*)

Sumber: Kompas.tv
Penulis:
Editor: Linda Fitria