Jadi Penyebab Kematian 30 Persen Populasi, Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan pada Anak

Maharani Kusuma Daruwati - Jumat, 23 September 2022
Deteksi dini penyakit jantung bawaan
Deteksi dini penyakit jantung bawaan Foto oleh Karolina Grabowska/pexels

Selain itu, penerapan alur kerja laboratorium kateterisasi, yang bersumber dari pedoman terbaru Kolegium Jantung dan Pembuluh Darah Amerika Serikat, bertujuan untuk mempercepat penanganan penyakit jantung koroner di rumah sakit seluruh Indonesia, sehingga meningkatkan efisiensi.

Data registri nasional terhadap penyakit gagal jantung dan penyakit jantung koroner telah menjelaskan sebab tingginya angka kematian penduduk Indonesia.

Berdasarkan data dari World Heart Federation, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian dari 30% penduduk populasi Asia Tenggara.

Menurut data dari sebuah penelitian bernamakan REPORTHF, penyakit gagal jantung di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh penyakit jantung iskemik, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi para tenaga kesehatan.

Walaupun demikian, perlu diketahui bahwa insidensi pelaporan penyakit jantung dan pembuluh darah berbeda di antara laki-laki dan perempuan.

Hal ini terlihat pada beberapa contoh penyakit jantung dan pembuluh darah seperti penyakit katup jantung, penyakit irama jantung, dan komplikasi jantung akibat infeksi Coronavirus disease-19 (Covid-19) Permasalahan mengenai rendahnya deteksi penyakit jantung bawaan di Indonesia juga membawa masalah krusial.

Sebab, rendahnya deteksi penyakit jantung bawaan akan memengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yang secara tidak langsung berdampak terhadap masa depan dari sebuah bangsa dan negara.

Di sinilah, di tahun keempatnya simposium Indonesian Congenital Heart Disease (INACHD) yang bergandengan tangan dengan 31st ASMIHA berperan dalam memberikan penyegaran ilmu, serta membahas secara kritis terkait manajemen dari penyakit jantung bawaan, dimulai dari sebab terjadinya penyakit jantung bawaan dari dalam kandungan hingga rencana pemilihan penanganan berupa tindakan operasi ataupun tindakan bukan operasi.

Terakhir, 31st ASMIHA turut berperan sebagai wadah pengenalan terhadap peluncuran lima buah buku panduan PERKI yang dikeluarkan pada tahun 2021 dan 2022, yaitu panduandiagnosis dan tatalaksana hipertensi paru, panduan kelayakan pemeriksaan ekokardiografi dalam lingkup kesehatan, panduan pelayanan kedokteran unit perawatan intensif kardiovaskular, panduan manajemen dislipidemia, dan panduan prevensi penyakit kardiovaskular aterosklerosis.

Peluncuran buku panduan ini menyajikan pembaharuan ilmu bagi para tenaga kesehatan, khususnya para dokter umum di lini pertama dan para kardiolog umum untuk bisa memaksimalkan pelayanan kardiovaskular di Indonesia.

Selain itu, ASMIHA turut bekerja sama dengan berbagai asosiasi jantung di seluruh dunia, seperti Japan Circulation Society, European Society of Cardiology, ASEAN Federation of Cardiology, Cardiac Society of Australia and New Zealand, American College of Cardiology, Asian Society of Cardiology, Asian Society of Cardiovascular Imaging, dan Asian Pacific Society of Cardiology, yang dituangkan dalam bentuk simposium.

Kerja sama dengan asosiasi lain, seperti himpunan Bedah Toraks dan Kardiovaskular Indonesia (HBTKVI) juga dilakukan sebagai bentuk kontribusi ASMIHA untuk membentuk komunitas besar tenaga kesehatan dalam memajukan ilmu kedokteran jantung dan pembuluh darah di Indonesia.

Baca Juga: Ini 5 Faktor Risiko Kenapa Perempuan Bisa Alami Penyakit Jantung

(*)