Cerita Fanda Soesilo Bekerja di Industri Pengembangan Energi yang Didominasi Lelaki

Firdhayanti - Senin, 20 Juni 2022
CEO Sunterra Fanda Soesilo menceritakan kiprahnya di industri yang didominasi laki-laki.
CEO Sunterra Fanda Soesilo menceritakan kiprahnya di industri yang didominasi laki-laki. Dok. PARAPUAN/Firdhayanti

Parapuan.co - Inklusivitas gender pada berbagai sektor industri sangat diperlukan, termasuk dalam industri energi baru terbarukan (EBT). 

Hal itu juga yang dilakukan oleh Fanda Soesilo selaku Chief Executive Officer (CEO) perempuan dari industri SUN Group.

Sebagai perempuan, ia bekerja di bidang pekerjaan yang identik maskulin, yakni bisnis pengembang energi surya. Bisnis tersebut merupakan salah satu jenis EBT di Indonesia.

Dalam hal ini, Fanda berhasil menduduki posisi pimpinan perempuan pertama di Indonesia yang berada di perusahaan sektor EBT lho, Kawan Puan! 

Namun, banyak berbagai hal yang kerap dilalui Fanda hingga berada di posisi ini. Kepada PARAPUAN, Fanda pun menceritakan lika-likunya berada di industri yang didominasi lelaki ini.

Terbiasa di Lingkungan Dominasi Lelaki

Fanda mengenang masa-masa dirinya di SMAK Petra Surabaya di era 90-an. 

Saat itu, Fanda mengambil jurusan A1, di mana ia mengambil konsentrasi matematika dan fisika di bangku SMA yang didominasi laki-laki.

"Saya ambilnya A1, itu banyak cowok di kelas," kata Fanda dengan membicarakan masa mudanya saat ditemui di bilangan Senayan, Jakarta Pusat pada Kamis (12/6/2022) lalu. 

Baca Juga: Peran Perempuan dalam Pembauran Energi Terbarukan Menurut Fanda Soesilo

Hal tersebut berlanjut pula saat ia kuliah di University of California, Berkeley, Amerika Serikat dengan studi Teknik Mesin dan Ilmu Material. 

Jurusan yang diambil Fanda kembali mempertemukannya dengan lingkungan yang didominasi lelaki. 

Alih-alih mendapat perlakuan negatif, teman-temannya Fanda saat itu menjaganya sebagai perempuan, lho. 

Usai sekolah menyelesaikannya studinya, Fanda juga bertemu dengan lingkungan yang tak berbeda, Kawan Puan. 

Perempuan berusia 50 tahun itu sempat bekerja di sebuah industri yang bergerak di bidang semi konduktor, riset, dan telekomunikasi yang berada di Sillicon Valley di kota Fremount, California.

"Tidak banyak perempuan. Jadi saya mungkin sudah terbiasa dengan lingkungan seperti ini, tidak merasa canggung atau apa," ujar perempuan tersebut. 

Selama bekerja di salah satu perusahaan Sillicon Valley, Fanda mengalami pengalaman yang baik.

Melihat dari caranya mengarahkan tim, rekan kerja yang didominasi lelaki justru memuji Fanda memimpin tim. 

"Mungkin ada dalam engineering, satu tim 9 laki-laki , 1 perempuan. Untuk 1 perempuan yg bisa memimpin itu suatu perbedaan (di Indonesia). Beruntung di Amerika itu sangat mendorong perempuan. Jadi beberapa proyek yang saya tangani itu, mereka respect ," cerita perempuan berusia 50 tahun ini. 

Baca Juga: Peran Perempuan dalam Pembauran Energi Terbarukan Menurut Fanda Soesilo

Mulai dari Nol di Tanah Air

Setelah bekerja 10 tahun di Amerika Serikat, Fanda pun kembali ke Tanah Air pada awal 2005. Kembali setelah jangka waktu yang lama, Fanda sempat merasa 'kaget' dengan banyak hal.

Ia mengaku butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan sistem kerja di Indonesia yang berbeda dengan Amerika.

"Disini saya berusaha menyesuaikan diri. Lalu dulu semuanya harus pakai surat, diprint, ditandatangan. Kalo di Amerika e-mail aja oke, semua sudah elektronik. Hal-hal seperti itu yg mungkin bikin shock," 

Butuh waktu 3 tahun untuk menyesuaikan diri di Tanah Air, mulai dari kondisi cuaca yang berbeda.

"Mungkin saya bilang 3 tahun pertama agak shock, berjuang . Tp setelah itu mulai beradaptasi. Tiga tahun itu sering sakit mungkin karena cuacanya. Terus makanan. Saya pengin jajan-jajan di pinggir jalan, saya jadi sakit perut. Padahal senang banget, pengin coba ini. Beberapa kali masuk rumah sakit cuma gara-gara yang aneh-aneh," ceritanya dengan tawa.

Perjuangan Fanda memulai kariernya tidak sia-sia hingga akhirnya ia menjadi CEO. 

Sebagai CEO perempuan, Fanda mendapatkan perlakuan yang begitu berbeda dengan laki-laki di lingkungan kerja di Indonesia.

"Dalam hal perlakuan terhadap perempuan sama laki-lakinya mungkin tidak terlalu besar karena saya juga berasal dengan luar negeri. Jadi mereka menghormati saya," ucapnya. 

Fanda mengaku masih menemui tantangan sebagai perempuan di dunianya. Namun, ia dengan mantap mengatakan tetap mengerahkan kemampuannya.  

"Cuman sebagai perempuan kalau saya pribadi sih terjang-terjang aja. Relax, be ourself . Saya Fanda, nggak pakai tutup-tutupi nggak pake apa," kata Fanda dengan semangat. 

Baca Juga: BPH Migas Pastikan Stok BBM Aman untuk Penuhi Kebutuhan Selama Arus Balik

Dengan ketegarannya itulah, akhirnya ia bisa terus maju dan menjadi lebih baik dari segi karir.

Fanda mengakui tak banyak perempuan yang berkecimpung. Namun, ia optimis kedepannya keterlibatan perempuan di EBT akan menjadi lebih banyak. 

"Memang agak susah, tapi tidak ada yang mustahil untuk bisa dilakukan," tandasnya. 

Selama di Indonesia, Fanda sendiri telah melanglangbuana di berbagai industri teknologi. 

Hingga akhirnya pada tahun 2021, ia bergabung dengan SUNTerraDari Fanda Soesilo, kita mengetahui bahwa pribadi kuat dan kemampuan hebat bisa bertahan di industri yang didominasi lelaki ya, Kawan Puan. (*)

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh