Indonesia Financial Group Ungkap Tata Kelola Asuransi dan Dana Pensiun

Arintha Widya - Rabu, 8 Juni 2022
ilustrasi asuransi dan dana pensiun
ilustrasi asuransi dan dana pensiun Wand_Prapan

Parapuan.co - Pada 30-31 Mei 2022 lalu, Indonesia Financial Group (IFG) baru saja menggelar IFG International Conference.

Konferensi internasional tersebut mengusung tema "Insurance and Pension Fund: Transitioning into Digital and Green Economy Ecosystem".

Dalam konferensi ini, terungkap sejumlah tantangan pada industri keuangan nonbank, khususnya sektor asuransi dan dana pensiun.

Sebagaimana press rilis yang diterima PARAPUAN baru-baru ini, konferensi IFG juga membahas beberapa hal lain.

Di antaranya, perkembangan industri asuransi dan dana pensiun yang kini diperkuat oleh digitalisasi dan ekosistem ekonomi hijau.

Ada pula pembahasan tentang upaya meningkatkan literasi dan inklusi untuk mendorong pertumbuhan industri asuransi dan dana pensiun, dan sebagainya.

Fauzi Ichsan, Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen IFG, mengungkapkan perlunya memperkuat industri asuransi dan dana pensiun.

Salah satunya dengan melakukan reformasi yang komprehensif dan mengembangkan model bisnis yang efisien.

Reformasi sektor keuangan nonbank sejatinya tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh pemerintah dan regulator.

Baca Juga: Fokus ke Nasabah, Ini Strategi Zurich Dorong Penetrasi Asuransi Usai Pandemi

Namun, diperlukan adanya sinergi antara para pelaku jasa keuangan serta stakeholder lainnya agar dapat menarik lebih banyak investor.

Maklum, meskipun tengah mengalami pertumbuhan, hingga kini total aset asuransi dan dana pensiun di Indonesia kurang dari 20 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2020.

Angka tersebut masih kalah jauh dibandingkan Malaysia dan Singapura, yang total asetnya sekitar 60-85 persen dari PDB nominal negara-negara tersebut.

Setidaknya, ada lima pokok utama yang dapat dilakukan untuk melakukan reformasi keuangan di Indonesia.

Yaitu dengan meningkatkan akses keuangan inklusif sesuai kebutuhan masyarakat melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Perlu pula dilakukan peningkatan daya saing dan efisiensi sektor keuangan, serta mengembangkan instrumen keuangan dan penguatan kebijakan.

Terakhir, meningkatkan perlindungan investor dan konsumen guna meningkatkan investasinya di pasar keuangan domestik.

Sementara itu, Principal Financial Sector Specialist Asian Development Bank (ADB) Arup Chatterjee mengungkapkan cara lain.

Menurutnya, hal utama yang perlu dilakukan dalam pengembangan industri asuransi dan dana pensiun dalam transisi digital dan ekonomi hijau adalah mempersiapkan peta jalan.

Baca Juga: 4 Tips Memilih Asuransi Kesehatan yang Terjangkau untuk Keluarga

Sehingga, nantinya digitalisasi akan dipandang sekadar pilihan dan bukan sebagai solusi akhir.

Selain itu, perlu juga dilakukan untuk mengubah pola pikir konsumen dalam memandang industri ini secara positif.

"Pasar asuransi harus dapat mengukur dampak perlindungan konsumen terhadap masyarakat, lingkungan, produktivitas, pendapatan, strategi, biaya, investasi dan regulasi," jelas Arup.

Lebih lanjut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menilai peningkatan literasi dan inklusi keuangan masyarakat harus menjadi perhatian penting dalam mendukung percepatan perekonomian nasional.

Sumarjono, Advisor Departemen Pengawasan Khusus Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK mengatakan, transisi keuangan menuju era digital dan ekosistem ekonomi hijau tengah menjadi topik utama yang dibahas negara-negara G20.

"Faktor keamanan menjadi isu penting dalam transformasi digital agar dapat melindungi data pribadi yang harus dijaga oleh nasabah dan lembaga keuangan. Sebab itu, literasi keuangan adalah hal yang penting untuk ditingkatkan," jelasnya.

Senior Executive Vice President (SEVP) IFG Progress, Reza Siregar menjelaskan komitmen IFG memperkuat literasi keuangan dalam memajukan perekonomian, khususnya pada industri jasa keuangan.

Terlebih jika melihat Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar dan PDB nominal tertinggi di ASEAN.

Reza Siregar menilai negara memiliki potensi terhadap pertumbuhan industri asuransi dan dana pensiun.

"Kami berpandangan positif terhadap pertumbuhan industri asuransi dan dana pensiun di Indonesia," tutur Reza.

"Optimisme tersebut tentunya perlu didukung oleh upaya pembenahan tata kelola industri, salah satunya pada literasi dan edukasi keuangan," tambahnya.

Demikian tadi sejumlah cara tata kelola yang dinilai tepat untuk menciptakan ekosistem industri asuransi dan dana pensiun yang dapat dipercaya oleh masyarakat.

Baca Juga: Jangan Salah Pilih, Kenali Jenis-Jenis Premi Asuransi dan Perbedaannya

(*)

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati