Hubungan antara Stoikisme dan Kesehatan Mental, Ini 6 Hal yang Diajarkan

Maharani Kusuma Daruwati - Selasa, 17 Mei 2022
Prinsip hidup stoikisme
Prinsip hidup stoikisme Deagreez

Parapuan.co - Belakangan tengah ramai di media sosial mengenai filosofi stoikisme.

Perkahkah Kawan Puan mendengar soal paham atau filosofi stoikisme tersebut? Lalu apa sebenenarnya filosofi stoikisme?

Stoikisme adalah salah satu aliran filsafat yang berpandangan bahwa manusia harus mampu mengontrol emosi dirinya sendiri untuk bisa mensyukuri apa pun yang sudah terjadi.

Stoikisme ini disebut bisa membuat seseorang hidup lebih tenang dan anti stres serta bebas rasa cemas dan khawatir. Benarkah begitu?

Mengutip dari Standford Edu, stoikisme adalah salah satu gerakan filosofis baru dari periode Helenistik. 

Stoikisme nekankan prinsip bahwa manusia adalah makhluk yang irrasional dan sangat mudah dipengaruhi oleh emosi, dan melupakan hal positif yang telah dialaminya.

Mengutip dari Psychology Today, berikut adalah beberapa hal yang dapat diajarkan stoikisme atau filosofi dari orang-orang Stoa ini kepada kita tentang kesehatan mental yang baik:

1. Kendalikan apa yang dapat kamu kendalikan

Ide ini selalu ada dalam daftar kebijaksanaan kuno atau terkini , apa pun yang memiliki ketenangan dalam judulnya. Titik awalnya, tentu saja, adalah mengetahui apa yang dapat kamu kendalikan dan apa yang tidak dapat kamukendalikan.

Baca Juga: Mengenal Stoikisme, Kunci Hidup Tenang, Bebas Stres dan Cemas

Kamu tidak dapat mengendalikan orang lain, akan tetapi kamu dapat mengendalikan diri sendiri dan perilakumu.

Setelah kamu mengetahuinya, kamu bisa secara aktif mengendalikan apa yang dapat kamu kendalikan, bertindak tegas atas keputusanmu, masalahmu, dan kemudian lepaskan sisanya.

Dengan secara mental menarik garis antara apa yang ada dalam kekuatanmu dan apa yang tidak, rasa frustrasi akan berkurang, kamu lebih bisa mengendalikan hidupmu arena locus of control lebih kecil, lebih sederhana.

2. Pilih sikapmu

Elemen penting dari bisnis kontrol ini juga menyadari bahwa meskipun kamu tidak dapat mengontrol apa pun yang mungkin terjadi dalam hidupmu, hanya kamu yang dapat mengendalikan sikap, penilaianmu, serta apa yang dimaksud dengan tantangan ini.

Ini adalah dasar dari bagian kognitif CBT, terapi perilaku dialektik (DBT) dan terapi emosi rasional (RET). Inilah cara berpindah antara pikiran emosional dan pikiran bijaksana, antara kecemasan rasional dan irasionalmu.

Kuncinya di sini adalah menyadari bahwa semua peristiwa dalam hidupmu pada dasarnya netral dan hanya diwarnai oleh cerita dan penilaian apa yang kamu kaitkan dengannya. Di sini kamu memiliki pilihan dan kontrol.

Mampu memilih reaksimu, kata orang-orang Stoa, bukanlah masalah kepribadian, tetapi pengembangan keterampilan mental yang, seperti keterampilan lainnya, menjadi lebih baik dengan latihan.

Baca Juga: BERITA TERPOPULER WELLNESS: Mengenal Filosofi Stoikisme agar Hidup Lebih Tenang hingga Tips Memasak Jamur Crispy Tahan Lama

3. Mensyukuri yang telah dimiliki

Jika kita percaya bahwa hidup tidak bekerja melawan kita tetapi untuk kita, jika kita pada dasarnya menginginkan apa yang kita dapatkan daripada terus-menerus melawannya, hidup kita dipenuhi dengan peluang.

Masalah menjadi pelajaran potensial yang pada akhirnya dapat membantu kita menyadari apa yang kita butuhkan, mencapai potensi kita, mengarungi kehidupan sehari-hari dengan lebih lancar.

4. Berpikir rasional bukan sekedar mengandalkan emosi dan perasaan

Stoa membuat perbedaan antara emosi dan perasaan. Perasaan adalah sensasi yang dapat membanjiri kita, menciptakan kecemasan dan keputusasaan, dan umumnya berlalu dengan cepat seperti badai yang bergerak cepat.

Emosi lebih tahan lama, reaksi yang merupakan informasi berharga tentang keinginan dan kebutuhan sehari-hari.

Idealnya kamu ingin menggunakan emosi sebagai informasi, dan menggabungkannya dengan akal, emosi sebagai dasar informasi, lalu menjalankannya melalui filter akal untuk mencari cara bagaimana menerapkan informasi itu. Sekali lagi, ini adalah dasar dari terapi perilaku-kognitif.

5. Hidup di masa sekarang

Stoa ingin kita sadar bahwa kematian selalu ada di depan mata, jadi penting untuk menghargai dan menikmati saat ini.

6. Berani mengambil risiko

Mengambil risiko tidak berarti menjadi bodoh dan sembrono tetapi bersedia untuk memperluas zona nyamanmu.

Mencapai potensimu melibatkan melakukan hal-hal yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya, bergerak maju terlepas dari kecemasanmu yang dapat dimengerti. Dengan melakukan itu,kamu tidak hanya memperluas duniamu, tetapi juga memperluas citra diri dan kepercayaan dirimu.

Baca Juga: Mengenal ADHD, Gangguan Kesehatan Mental yang Dialami Emma Watson

(*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati