Menjadi Perfeksionis Bisa Membuat Kita Sakit? Ini Dia 5 Penyebabnya

Maharani Kusuma Daruwati - Sabtu, 7 Mei 2022
Bahaya menjadi perfeksionis
Bahaya menjadi perfeksionis mapodile/Getty Images

Kecenderungan ini, khususnya, berdampak negatif pada keseimbangan kehidupan kerja, kesehatan, dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.

4. Perfeksionisme sering dikorelasikan dengan gila kerja

Workaholism didefinisikan sebagai kebutuhan berlebihan untuk bekerja yang mengganggu kesehatan tubuh, kebahagiaan pribadi, dan hubungan interpersonal kita.

Hal ini terkait dengan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah dan tingkat tekanan emosional yang tinggi.

Workaholism dapat memiliki dampak negatif yang serius pada kesehatan dan umur panjang kita karena workaholic cenderung tidak mendapatkan cukup waktu luang, olahraga, atau tidur.

Dengan kata lain, workaholism cukup merusak di semua tingkatan mental, fisik, dan sosial.

Perlu diingat bahwa keseimbangan kehidupan kerja kita adalah indikator kuat dari kesehatan dan kesejahteraan individu kita.

Bagi banyak dari kita, ini akan menjadi pemikiran yang menakutkan.

5. Perfeksionis memiliki risiko kelelahan yang jauh lebih tinggi

Baca Juga: Cara Mengatasi dan Menerima Kehamilan yang Tidak Direncanakan

Perfeksionisme membuat kita bekerja lebih keras, atau bahkan bekerja sepanjang waktu, untuk menilai apa yang kita lakukan dengan kasar, dan hidup dalam ketakutan akan penilaian negatif atau bahkan hukuman dari orang lain atas kegagalan yang kita rasakan.

Dengan demikian dapat menyebabkan kelelahan fisik dan emosional yang ekstrem, berkurangnya kemanjuran pribadi, dan hilangnya kepercayaan pada kemampuan kita untuk melakukan pekerjaan kita sama sekali.

Jika kita masuk lebih dalam dan menjelajahi asal usul perfeksionisme kita, kita mungkin akan menemukan bahwa perfeksionisme evaluatif berakar pada masa kanak-kanak kita.

Kebanyakan perfeksionis mungkin memiliki orang tua dengan standar yang sangat tinggi, dibuat merasa bahwa kita tidak pernah cukup baik, atau menerima semacam cinta yang bersyarat dan bergantung pada pencapaian.

Kita sering cenderung menginternalisasi suara-suara yang terlalu kritis dari masa lalu kita, dan itu bisa menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan dan kesejahteraan emosional kita di kemudian hari.

(*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati