Yuri Muktia, Dirikan Komunitas demi Ruang Aman bagi Pekerja Perempuan

Ardela Nabila - Senin, 2 Mei 2022
Yuri Muktia.
Yuri Muktia. Dok. Yuri Muktia

Parapuan.co - Di samping banyaknya kampanye dan gerakan yang mendukung kesejahteraan perempuan di tempat kerja, nyatanya masih banyak pekerja perempuan yang belum sejahtera.

Hal itulah yang kemudian menggerakkan seorang perempuan bernama Yuri Etika Ayu Muktia untuk terlibat dalam berbagai gerakan demi melakukan sesuatu dan menciptakan perubahan.

Yuri Muktia sendiri merupakan seorang karyawan yang saat ini bekerja sebagai Regional Legal Officer untuk Bank Mega Semarang, Jawa Tengah.

Namun, ketertarikannya terhadap isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan isu perempuan membuatnya tergerak untuk menciptakan perubahan, salah satunya dengan terlibat dalam berbagai komunitas.

Saat ini, Yuri Muktia tergabung dalam komunitas Resister Indonesia dan Koalisi Masyarakat Sipil Anti Kekerasan Seksual (KOMPAKS).

Yuri juga merupakan salah satu pendiri sebuah komunitas bernama Perempuan Pekerja, yang bertujuan untuk menciptakan ruang aman bagi pekerja perempuan.

Awal mula terjun ke isu HAM hingga mendirikan Perempuan Pekerja

Kepada PARAPUAN, Yuri bercerita bagaimana dirinya mengawali keterlibatannya dalam isu HAM dan perempuan, tepatnya sejak 2017.

Kala itu, perempuan kelahiran 1994 itu diajak untuk mengikuti sebuah pelatihan hukum yang diselenggarakan oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.

Baca Juga: Maizidah Salas, Penyintas Human Trafficking Pendiri Kampung Buruh Migran

“Titik awal berangkatnya dari situ sebetulnya, jadi karena LBH Jakarta itu, kan, lembaga yang mengadvokasi isu-isu HAM," ujarnya mengawali kisah perjalanannya, Minggu (1/5/2022).

Di situ, selama pelatihan kurang lebih tiga bulan, itu aku benar-benar belajar dan melihat realita, tentang kemiskinan struktural, kekerasan sistematis,” tambahnya.

Usai mengetahui realita nasib pekerja perempuan yang ada di lapangan, Yuri mengaku tergerak untuk melakukan sesuatu.

Ia bahkan mengatakan, “Ketika aku tidak melakukan itu dan aku diam, aku justru merasa bersalah. Karena aku sudah tahu itu enggak benar, aku enggak bisa diam saja.”

“Jadi titik berangkatnya di LBH Jakarta itu. Dulu aku pertama kali ikut May Day di Jakarta, itu dari situ. Ikut aksi Women’s March, IWD juga, itu dari situ mulainya,” lanjutnya.

Pada 2018, bersama rekan-rekannya, ia kemudian menginisiasi sebuah platform baru di Instagram berupa komunitas yang diberi nama Pekerja Perempuan.

Pada awalnya, Pekerja Perempuan diinisiasi untuk mencari narasumber untuk penelitian yang dilakukan oleh Yuri dan sejumlah rekannya.

Namun, karena penelitian tersebut tak membuahkan hasil, ia dan rekan lainnya memutuskan untuk mengembangkan komunitas itu untuk menciptakan ruang aman bagi pekerja perempuan.

“Lewat komunitas itu kita ingin mengedukasi perempuan-perempuan yang jadi pekerja di sektor publik, misalnya ketika mereka mengalami kekerasan seksual di lingkungan kerja, mereka dilanggar hak-haknya di tempat kerja, enggak dapat cuti haid,” ungkap Yuri.

Baca Juga: Profil NH Dini, Penyair Indonesia yang Sering Membicarakan Masalah Perempuan Lewat Karyanya

Ke depannya, Yuri berharap Perempuan Pekerja bisa berdiri sebagai perkumpulan yang lebih kuat, salah satunya yang ia ingin lakukan adalah dengan membuat struktur organisasi.

“Aku berharap, ini enggak berhenti sebagai sebuah komunitas saja, tapi targetku tahun ini kita bikin Perempuan Pekerja sebagai perkumpulan yang lebih kuat,” pungkas Yuri.

Pernah mengalami KDRT

Sebelum terlibat secara langsung dengan berbagai komunitas tersebut, Yuri bercerita ia pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Menurutnya, pengalaman tersebut merupakan titik terendah dalam hidupnya yang membuatnya kerap menyalahkan diri sendiri.

“Aku pernah mengalami KDRT. Nah, dari situ aku sebetulnya menjadi orang yang menarik diri dari lingkungan. Aku jadi menutup diri, sering menyalahkan diri sendiri, itu titik terendah hidup aku karena aku merasa tidak punya harapan lagi di situ,” ceritanya.

Akan tetapi, keberadaan sang buah hati dan dukungan keluarga membuat ibu satu anak itu bangkit lagi dari keterpurukannya.

“Dari situ aku mulai menjalani pemulihan, konseling, sampai aku bisa bangkit lagi dan melewati fase itu,” ujar Yuri Muktia.

Bagi Yuri, dukungan dari keluarga membuatnya menyadari bahwa ia tidak sendirian dan dapat didengar, serta dipahami.

Baca Juga: Aktif Menari Sejak Kecil, Sita Tyasutami Ceritakan Perjalanannya sebagai Penari

“Dulu aku masih seorang perempuan yang belum punya pemikiran kritis, aku enggak tahu harus gimana, dan di situ yang ada hanya keluarga aku," ujar Yuri.

Maka dari itu, ketika memiliki kesempatan untuk bergabung dengan komunitas, Yuri merasa bahwa ia tidak sendiri.

“Makanya sekarang aku ada di gerakan, bergabung dengan komunitas, itu aku bahagia banget. Aku merasa tervalidasi emosinya, pengalamannya, aku menemukan banyak sekali cerita perempuan lainnya yang justru itu bikin kita semakin kuat,” tutur Yuri.

Bermimpi mendirikan serikat untuk perempuan pekerja

Tak hanya ingin mengembangkan komunitas Perempuan Pekerja, Yuri Muktia juga ingin bisa mendirikan serikat untuk para perempuan pekerja.

Pasalnya, Yuri percaya, ketika para perempuan berkumpul dengan visi dan misi yang sama, maka pekerja perempuan akan lebih kuat, sehingga kita bisa mendapatkan kesejahteraan.

“Sebetulnya aku pengin banget bikin serikat suatu hari nanti, di mana serikat ini khusus pekerja perempuan lintas sektor,” ungkap perempuan yang juga bermimpi untuk menjadi pengacara itu.

“Karena semakin kita (perempuan) bersatu, bikin perkumpulan, itu kekuatan kita semakin besar dan bisa menjadikan kita semakin kritis, dan perusahaan juga enggak bisa semena-mena sama kita,” sambung Yuri.

Baca Juga: Ni Ketut Putri Minangsari, Penari Tradisional Bali yang Tertarik Isu Feminisme

Yuri berharap, bersama dengan seluruh perempuan yang saat ini tergabung di dalam komunitas yang sama dengannya, ia bisa menciptakan suatu perubahan.

“Dengan kita bersama-sama menyuarakan suara kita, kita berserikat, berkumpul, itu bisa semakin kuat suara kita dan semakin diakui peran kita," ungkap Yuri.

"Aku ingin menekankan pada perempuan pekerja bahwa kita itu berperan penting, kita enggak sendirian, kita di sini menciptakan perubahan yang besar sekali,” tutup Yuri. (*)

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda