Sejarah Hari Kartini 21 April, Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan Indonesia

Alessandra Langit - Kamis, 21 April 2022
Perjalanan R.A. Kartini dan Sejarah Hari Kartini 21 April
Perjalanan R.A. Kartini dan Sejarah Hari Kartini 21 April Kompas.com

Sang ayah menyekolahkan Kartini di ELS (Europese Lagere School) sehingga sang putri dapat fasih berbahasa Belanda.

Sayangnya, Kartini hanya dapat bersekolah hingga usia 12 tahun karena budaya di Jepara yang mengharuskan perempuan dipingit saat memasuki usia remaja.

Titik perjuangan Kartini pun dimulai saat ia menghabiskan waktunya untuk membaca buku-buku Belanda.

Ia pun bertukar surat kepada teman-temannya di Belanda, saling berbagi perspektif soal hak perempuan dan pendidikan.

Salah satu sahabat penanya adalah Rosa Abendanon, yang banyak memberikan pengetahuan soal perempuan lewat surat kabar Eropa.

Diskusinya dengan Rosa Abendanon menyulut api semangat Kartini untuk kembali mengenyam pendidikan dan memajukan perempuan pribumi.

Pada 12 November 1903, R.A. Kartini menikah dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat yang membebaskannya dalam memperjuangkan pendidikan perempuan.

R.A. Kartini memperjuangkan mimpinya untuk memberikan akses pendidikan kepada perempuan-perempuan Indonesia.

Maka, pada tahun 1912, R.A. Kartini mendirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini (Sekolah Kartini) di Semarang.

Baca Juga: Pandangan Kartini Soal Poligami yang Menjadi Polemik hingga Saat Ini

Sumber: tribunnews
Penulis:
Editor: Linda Fitria