Sayyida Al Hurra, Ratu Bajak Laut Perempuan yang Ditakuti Eropa

Aulia Firafiroh - Selasa, 5 April 2022
Sayyida Al Hurra
Sayyida Al Hurra Wikipedia

Ia bahkan mendapat pujian dari Ratu Spanyol Isabella sebagai perempuan Andalusia yang kuat.

Tak hanya itu, Sayyida Al-Hurra dikenal cerdas dalam memainkan taktik politik dan diplomasi dengan Spanyol serta Portugis.

Usai menjadi gubernur, Sayyida kemudian menduduki posisi sebagai Ratu Maroko karena menikah lagi dengan sultan Maroko penguasa Fes, Ahmed al-Wattasi.

Masih menyimpan dendam karena tanahnya direbut oleh Ferdinand dan Isabella, Sayyida kemudian bersekutu dengan Barbarossa al Algeirs yang merupakan seorang Kanselir Turki untuk menguasai jalur laut di Eropa dan Timur Tengah.

Sayyida kemudian berhasil mengambil alih Mediterania Barat.

Sejak saat itu, ia dikenal sebagai ratu bajak laut yang ditakuti di seantero Eropa pada awal abad ke-16.

Menurut Laura Sook Duncombe, penulis Pirate Women: The Princesses, Prostitutes and Privateers Who Ruled the Seven Seas, Sayyida Al Hurra dipandang sebagai "bajak laut yang brutal dan menakutkan."

Bahkan Sayyida memperbudak orang-orang Kristen yang pernah menjajah tanahnya dengan menyedihkan.

Ia kemudian mendapat reputasi monster dan menjadi ratu bajak laut yang memikat dan menakutkan sepanjang sejarah.

Baca juga: Malahayati, RA Kartini, Butet Manurung: Wanita Pejuang Indonesia

Sayyida menunjukkan kepada dunia bahwa ia memiliki kapasitas untuk berkuasa.

Ia bahkan mempelopori aliansi yang mendorong umat Islam untuk bersatu melawan kolonisasi Eropa di Maroko.

Sementara itu, orang Eropa melihat Sayyida dan para perompak sebagai seorang pencuri dan pembunuh.

Namun Ottoman memandang mereka sebagai "pejuang kemerdekaan yang berdiri di garis depan."

Sayyida membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin bajak laut yang tak terbantahkan di Mediterania Barat.

Namun, seperti pada umunya seorang penguasa, Sayyida juga tidak lepas dari uang dan permainan politik.

Kebesaran namanya pun harus tumbang ditangan menantu laki-lakinya sendiri yang melakukan kudeta pada 1542.

Sejak saat itu, Sayyida kembali ke kampung halamannya di Chefchaouen hingga meninggal dengan tenang pada 1561.

Kawan Puan, berikut tadi sepak terjang kehidupan seorang Sayyida yang merupakan pemimpin perempuan dan juga pahlawan Maroko. (*)

Sumber: tribunnew.com,kompas
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh