Review Jakarta vs Everybody: Antara Mimpi dan Realita dalam Kerasnya Jakarta

Firdhayanti - Jumat, 25 Maret 2022
Film Jakarta vs Everybody
Film Jakarta vs Everybody Dok. Pratama Pradana Picture

Parapuan.co - Setelah penantian sekian lama, film Jakarta vs Everybody akhirnya telah tayang di platform Bioskop Online sejak 19 Maret 2022 lalu.

Film Jakarta vs Everybody besutan sutradara Ertanto Robby Soediskam ini dibintangi oleh Jefri Nichol, Wulan Guritno, Ganindra Bimo, Dea Panendra, hingga Jajang C. Noer.

Mengangkat isu realita sosial, film ini mengisahkan tentang seorang lelaki bernama Dom (Jefri Nichol) yang mengadu nasibnya di ibukota Jakarta sebagai seorang aktor.

Alih-alih sukses, perjalanan yang dilalui Dom penuh dengan lika-liku, mulai dari diusir di lokasi syuting, gagal casting, hingga tak memiliki tempat tinggal.

Secara tak sengaja, Dom pun bertemu dengan pasangan muda, yaitu Pinkan (Wulan Guritno) dan Radit (Ganindra Bimo).

Saat itu, Dom yang membantu mendorong mobil Pinkan dan Bimo meminta untuk dicarikan tempat tinggal.

Pinkan dan Bimo pun membawa Dom ke rusun tempat tinggal mereka.

Sesampainya di sana, Dom pun menempati kamar di rusun tersebut dan mengetahui pekerjaan Pinkan dan Radit sebagai penjual narkoba.

Membutuhkan uang untuk bertahan hidup, Dom pun meminta untuk ikut bergabung setelah banyak kurir Radit yang tertangkap.

Baca Juga: Wulan Guritno dan Jefri Nichol Beberkan Hal Teknis sebelum Beradegan Intim di Jakarta vs Everybody

Film pun berlanjut mengisahkan lika-liku baru Dom yang harus melewati realita dihadapannya sebagai kurir narkoba.

Ia melakukannya dengan seapik mungkin agar tidak tertangkap polisi, seperti dengan menyamar hingga memasukkan narkoba ke dalam bungkus makanan dan minuman.

Meskipun begitu, diam-diam Dom masih ingin meraih mimpinya sebagai aktor.

Review Jakarta vs Everybody

Kisah film ini dibuka dengan perjalanan terjal Dom untuk menjadi seorang aktor.

Di awal adegan, Dom diperlakukan semena-mena di lokasi syuting. Dom memutuskan untuk pergi setelah menyadari hanya sedikit uang yang diterimanya.

Tak cuma itu, ia juga bahkan mendapat perlakuan tak menyenangkan saat menjalani casting.

Meskipun begitu, Dom digambarkan sebagai orang yang konsisten dengan mimpinya.

Hal ini terlihat ketika banyak orang yang menanyakan profesinya. Dom selalu memiliki jawaban yang konsisten yakni sebagai “aktor” meskipun tak pernah ada yang melihat aktingnya di film. 

Baca Juga: Lakukan Adegan Intim di Jakarta vs Everybody, Ini Cerita Ganindra Bimo dan Wulan Guritno

Dengan melakukan tindakan manifestasi, Dom yakin dan percaya bahwa mimpinya akan terwujud.

Namun, apa yang menjadi mimpinya itu tak sesuai dengan realita yang dihadapi Dom.

Ia harus menjalani kariernya sebagai kurir narkoba agar bisa bertahan hidup. Selain menunjukkan rintangan dalam meraih mimpi, ada kalanya seseorang harus menjalani sesuatu sebagai batu loncatan.

Dalam hal ini, Dom menggunakan keaktorannya untuk menyelundupkan narkoba dengan menyamar dan berakting untuk menyesuaikan diri, seperti tidur di kereta, staf hotel, pengantar pizza, menjadi waria, hingga menyelipkan narkoba di bangku kereta dan di bawah tumpukan telur.

Perkembangan karakter dari karakter Dom di film ini pun dipengaruhi oleh Radit yang mengatakan bahwa meraih mimpi ibarat menghisap asap sabu.

Dalam hal ini, meraih mimpi harus dilakukan dengan cara yang tepat.

Selain itu, tokoh Radit juga menyampaikan bahwa hidup adalah mengenai perjalanan menuju suatu titik, yang memerlukan sikap bertahan dengan apa yang ada di depan mata.

Tak cuma kisah Dom, berbagai kisah orang di sekelilingnya pun menarik perhatian.

Salah satunya adalah kisah Pinkan dan Radit yang sudah lama menikah.

Baca Juga: Kuat dan Berdaya, Ini 3 Karakter Perempuan di Film Jakarta vs Everybody

Pinkan dikisahkan sebagai perempuan yang memiliki power. Ia yang sudah lama terjun menjadi bandar narkoba sejak belia dan mendirikan barber shop sebagai kedok suaminya.

Di sisi lain, Pinkan justru ingin bebas dari hubungannya dengan Radit yang posesif dan toxic.

Sementara itu, ada juga tokoh Khansa, seorang pelanggan Dom yang berprofesi sebagai perias mayat.

Kehadirannya membuat Dom memiliki ruang aman dan percaya akan keterwujudan mimpinya sebagai aktor.

Berbagai canda diselipkan diantara dialog Khansa yang kadang merefleksikan kehidupan dengan gelap.

Omong-omong dialog, berbagai umpatan, makian, dan kata-kata kasar pun membuat film ini menjadi lebih realistis menggambarkan kerasnya ibukota.

Meskipun begitu, kecakapan Dom akan lebih menarik untuk dieksplorasi lebih intens.

Secara keseluruhan, akhir film terbuka dan juga dialog yang tidak biasa menjadikan film Jakarta vs Everybody menawarkan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan film tentang kerasnya kehidupan ibukota.

(*)