Perempuan Pemimpin Dunia Berikan Reaksi terhadap Serangan Rusia ke Ukraina

Firdhayanti - Sabtu, 26 Februari 2022
Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa berikan reaksi terhadap serangan Rusia ke Ukraina.
Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa berikan reaksi terhadap serangan Rusia ke Ukraina. kompas.com

Parapuan.co - Para perempuan pemimpin dunia memberikan reaksi tegasnya terhadap serangan Rusia ke Ukraina.

Para perempuan pemimpin itu mengecam tindakan kekerasan Rusia kepada Ukraina, termasuk menciptakan peperangan.

Seperti yang kita tahu, invasi Rusia ke Ukraina sejak beberapa hari lalu telah memberikan pengaruh ke berbagai hal.

Pengaruh itu tidak hanya pada kondisi masyarakat Ukraina, tapi juga kedamaian global.

Oleh karena itu, para perempuan pemimpin dunia pun memberikan reaksi tegas terhadap invasi Rusia itu.

Salah satu perempuan pemimpin dunia yang memberikan reaksi atas kondisi perang Rusia dan Ukraina ini adalah Ursula von der Leyen. Ia adalah Presiden Komisi Uni Eropa.

Melansir Action News Now, Ursula von der Leyen menyebut tindakan Rusia sebagai sebuah "serangan barbar".

Ia juga mengatakan akan memberi negara-negara anggota Uni Eropa sanksi "besar dan strategis" terhadap Rusia untuk disetujui.

Menurutnya, sanksi yang akan diberikan itu akan menurunkan kemampuan mereka dalam pembiayaan perang.

Baca Juga: Vladimir Putin Kemukakan Alasan Penyerangan, Perempuan Ukraina Bentak Tentara Rusia Bersenjata

“Sanksi-sanksi ini dirancang untuk merugikan kepentingan Kremlin dan kemampuan mereka untuk membiayai perang. Dan kita tahu bahwa jutaan orang Rusia tidak menginginkan perang,” ucapnya.

"Kami akan menargetkan sektor strategis ekonomi Rusia dengan memblokir akses mereka ke teknologi dan pasar utama," kata Ursula von der Leyen, melansir dari Euronews.

"Kami akan melemahkan basis ekonomir Rusia dan kapasitasnya untuk memodernisasi. Selain itu, kami akan membekukan aset Rusia di Uni Eropa dan menghentikan akses bank Rusia ke pasar keuangan Eropa," katanya dengan tegas.

Ursula von der Leyen pun menyesalkan adanya invasi dan perang yang digencarkan oleh Rusia ke Ukraina.

Ia mengutuk keras serangan yang biadab ini sebab membuat masyarakat sipil tak bersalah menjadi korban.

"Sekali lagi, di pusat Eropa, perempuan, laki-laki, dan anak-anak yang tidak bersalah sekarat atau takut akan nyawa mereka. Kami mengutuk serangan biadab ini, dan argumen sinis yang digunakan untuk membenarkannya," ujarnya dengan nada muram.

Tak cuma Ursula von der Leyen, Dr. Naledi Pandor, Menteri Hubungan Internasional dan Kerjasama Afrika Selatan pun memberikan tanggapannya terkait perang Ukraina-Rusia. 

Naledi Pandor mengungkapkan tanggapannya dalam sebuah pernyataan. 

Perang sedang berlangsung dapat memiliki konsekuensi regional dan global jika dibiarkan memburuk. 

Baca Juga: Tentara Perempuan Ukraina Ikut Hadapi Rusia, 10 Persen dari Anggota Angkatan Bersenjata

"Semua pihak mendapat banyak keuntungan dari hasil negosiasi dan banyak kerugian dari konflik yang tidak perlu dan kekerasan," kata Naledi. 

Sementara itu, Uni Eropa sendiri telah memberlakukan sanksi terhadap 27 orang yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Tak cuma itu, sebanyak 351 anggota parlemen Duma yang memilih untuk mengakui provinsi Donetsk dan Luhansk juga diberikan sanksi. 

Sebagaimana diketahui, Donetsk dan Luhansk merupakan dua wilayah yang diakui Putin sebagai negara merdeka dari Ukraina pada Senin (21/2/2022).

Hal ini membuka jalan bagi kehadiran resmi pasukan Rusia di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak yang menempati sekitar sepertiga dari Donetsk dan Luhansk. 

Para pemimpin Uni Eropa mengadakan pertemuan di Brussel, Belanda.

Pertemuan tersebut membahas sanksi baru dan mengatasi perbedaan antara negara-negara anggota pada Kamis (24/2/2022). 

Sebagaimana diketahui, Putin telah mengerahkan pasukan Rusia untuk melancarkan serangan pada sejumlah wilayah di Ukraina pada hari Kamis. 

Hal tersebut mengakibatkan 137 warga Ukraina menjadi korban tewas. 

Baca Juga: 8 Orang Ukraina Dinyatakan Tewas Akibat Serangan Rusia, Perempuan Alami Serangan Siber

(*)

Sumber: Euronews,Action News Now
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania