Dirikan Media Sendiri, Najwa Shihab Ungkap Itu Momen Menakutkan Untuknya

Aghnia Hilya Nizarisda - Rabu, 9 Februari 2022
Bagi Najwa Shihab, perempuan kuat itu menguatkan perempuan lainnya.
Bagi Najwa Shihab, perempuan kuat itu menguatkan perempuan lainnya. AGUNG NUGROHO/NOVA

Parapuan.co - Jika Kawan Puan diminta sebutkan nama seorang jurnalis perempuan, boleh jadi ada yang akan menyebut nama Najwa Shihab.

Pasalnya, hingga kini Najwa Shihab masih terus menjalankan perannya sebagai seorang jurnalis hingga mendirikan medianya sendiri, Narasi.

Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional, tak ada salahnya untuk mengenal lebih dekat perempuan yang namanya makin melejit berkat program Mata Najwa.

Melansir NOVA, Najwa berkisah bahwa dirinya percaya bahwa sukses bersama-sama sesama perempuan ialah hal yang sangat bisa diraih.

Hal itulah yang diterapkannya dalam mendirikan perusahaan medianya. Betapa tidak, ketiga pendiri media ini ialah perempuan semua.

"Semakin kita bertepuk tangan atas kesuksesan orang, semakin kita mendukung sesama perempuan, artinya semakin banyak potensi untuk kita bisa menang sama-sama," ujar Najwa.

Najwa pun mengatakan, "Kesuksesan satu perempuan itu bisa berarti kesuksesan yang lain."

Pasalnya, sejak dulu Najwa punya keinginan membawa dampak dan pengaruh untuk orang lain lewat hasil karyanya. Lantas, kini Najwa terus mewujudkan mimpinya.

"Saya merasa ada banyak kesempatan dan peluang untuk membuat dampak dan pengaruh itu semakin besar," terang Najwa.

Baca Juga: Rosianna Silalahi Ungkap Pengalaman Emosional Jadi Wartawan, Pernah Merasa Bersalah

"Karena kuncinya di situ, semakin besar pengaruh yang kita kasih, itu artinya karya kita semakin akan lekang dan berguna," tambah Najwa.

Lantas, mendirikan perusahaan media sendiri ialah salah satu aksi Najwa dalam memperluas dampak dan pengaruhnya.

Betapa tidak, saat memutuskan untuk melakukan itu, maka dirinya pun meninggalkan zona nyamannya belasan tahun sebagai karyawan.

Tak heran jika perempuan itu mengaku bahwa momen itu menjadi salah satu yang paling menakutkan dalam hidup seorang Najwa Shihab.

"Ketika itu sudah ada orang yang ikut dan percaya pada mimpi saya, untuk sama-sama membangun sesuatu yang baru," ungkap Najwa.

Najwa pun mengakui, "Sempat ada keraguan, ketakutan, terutama bisa gaji orang enggak, ya? Gimana kalau orang sudah percaya, tapi yang kita lakukan tidak berhasil?"

Akan tetapi, itu tak menggoyahkan dirinya karena Najwa sadar, sangat wajar jika setiap orang meragu dan takut sesuatu yang dimulainya berhasil atau tidak.

Menurutnya, ketika ada rasa ragu dan takut, itu artinya apa yang kita sedang perjuangkan adalah sesuatu yang besar dan berarti.

Baca Juga: 4 Drama Korea Terbaik Bertema Jurnalisme, Sambut Hari Pers Nasional

Tidak hanya itu, justru bagi Najwa, perasaan takut dan ragu itu perlu dicari, lho. Kok, bisa?

Bisa begitu karena Najwa percaya, "Kalau hidupmu biasa-biasa saja, enggak ada takutnya, ragunya, maka kamu akan berakhir menjadi biasa-biasa saja."

Najwa pun menambahkan, "Artinya, apa yang kita lakukan juga tidak akan besar-besar banget."

Najwa seakan tahu bahwa akan banyak hal menakutkan yang dihadapinya, makanya perempuan berdarah Arab ini sudah punya solusinya.

Di samping dukungan keluarga yang selalu ada untuknya, Najwa melakukan persiapan dan perencanaan yang betul-betul matang.

"Persiapan adalah kunci untuk segalanya. Itu hal yang bisa maksimal dilakukan. Risiko selalu ada, tapi kalau matang dipertimbangkan, tidak akan jatuh terlalu dalam," terang Najwa.

"Selalu ada plan A, B, lalu C. Semakin detail plan-nya, maka semakin besar kemungkinan kita berhasil," tambah Najwa.

Tidak hanya itu, Najwa pun percaya bahwa tidak pernah ada kata telat untuk belajar dan memperbaiki diri.

Cara paling sederhananya ialah dengan membaca. Baginya, baca itu bukan sekadar memperluas pengetahuan, tetapi juga membuat hidup jadi punya banyak alternatif.

Baca Juga: Hari Pers Nasional, Yuk Kenali Profesi Wartawan dan Apa Perannya!

Nah, itulah cerita Najwa Shihab saat mendirikan perusahaan medianya sendiri sekaligus keluar dari zona nyamannya. Apakah kamu juga akan berani melangkah dari zona nyamanmu? (*)