Mengenal OCD, Gangguan Mental Ekstrem yang Dialami Aliando Syarief

Ericha Fernanda - Jumat, 28 Januari 2022
Aliando Syarief mengidap gangguan mental OCD
Aliando Syarief mengidap gangguan mental OCD Instagram @aliandooo

Parapuan.co - Lama tak berkiprah di industri hiburan, Aliando Syarief memberikan kabar mengejutkan bahwa dirinya didiagnosis mengidap gangguan mental OCD (Obsessive Compulsive Disorder).

Gangguan mental tersebut membuat Aliando kesulitan melakukan aktivitas dan mengharuskannya vakum dari dunia hiburan hampir dua tahun.

"Gue baru kena musibah, gue ternyata didiagnosa kena OCD, Obsessive Compulsive Disorder yang ekstrem," ungkap Aliando dalam siaran langsung di Instagram pribadinya @aliandooo pada Kamis, (27/1/2022).

Aliando juga menceritakan bahwa OCD ekstrem yang dialami layaknya melawan diri sendiri akibat pikiran buruk yang menguasai.

Ia juga sempat mengalaminya sewaktu duduk di bangku SD dan sembuh, tetapi kembali lagi menimpa Aliando sejak tahun 2019 silam.

"Campur aduk ya, kita kayak berantem sama diri sendiri karena pikiran buruk itu ingin menguasai pikiran kita, otak kita gitu. Jadi kita harus lawan," imbuhnya. 

Tak hanya itu, Aliando mencontohkan OCD ekstrem yang dialaminya seperti terobsesi menghitung helaian rambut dan cemas jika tidak melakukannya.

"OCD yang normal tuh mereka kalau cuma melihat misalkan buku yang gak rapih kebuka sedikit, gak enak dilihat terus ditutup lagi. Itu yang normal, kalau gue bukan itu aja sampai mandi pun harus itungan rambut," papar Aliando.

Saat ini, Aliando mengaku tengah menjalankan terapi guna menyembuhkan gangguan mental OCD tersebut.

Baca Juga: Lama Tak Muncul di Layar Kaca, Aliando Syarief Ternyata Alami Gangguan OCD

Apa itu OCD?

Melansir Cleveland Clinic, gangguan obsesif-kompulsif (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan kecemasan kronis (tahan lama).

Pengidap OCD memiliki obsesi yang tidak terkendali, seperti ketakutan, pikiran, atau pun dorongan.

Pada akhirnya, mereka mencoba mengurangi kecemasan dengan tindakan berulang, yang disebut kompulsi.

OCD dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Tapi, terapi perilaku kognitif dan obat-obatan dapat membantu mengelola gejalanya.

Kondisi ini menjebak pengidap OCD dalam siklus obsesi dan kompulsi berulang yang konstran, artinya:

Obsesi OCD (Pikiran)

Pengidap OCD memiliki ketakutan atau desakan berulang yang tidak dapat dikendalikan, sehingga pikiran obsesif ini menyebabkan kecemasan ekstrem.

Baca Juga: Jangan Asal Sebut! Pahami Arti Obsessive-Compulsive Disorder dan Gejalanya

Kompulsi OCD (Perilaku)

Untuk mengontrol obsesi dan kecemasan, pengidap OCD beralih ke perilaku atau rutinitas tertentu berulang kali.

Sebenarnya mereka tidak ingin melakukan perilaku kompulsif ini, tetapi mereka merasa harus mengikuti dorongan itu.

Obsesi sering muncul, yang memicu kembalinya kompulsi. Lingkaran ini mengarah ke siklus kecemasan yang konstan.

Gejala

Gejala OCD dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, misalnya sering kali memeriksa ulang kompor atau menyukai hal-hal rapi secara ekstrem.

Contoh pikiran obsesif yang mengganggu dan tidak diinginkan, yang menyebabkan kecemasan ekstrem, meliputi:

  • Takut kuman atau kotoran.
  • Takut merugikan orang lain.
  • Takut melakukan kesalahan.
  • Takut dipermalukan di depan umum.
  • Perasaan ragu atau jijik.
  • Kebutuhan akan keteraturan, kerapian, simetri, atau kesempurnaan.
  • Kebutuhan akan kepastian yang konstan.

Sementara, perilaku kompulsif atau tindakan berulang sebagai upaya untuk menghilangkan obsesi atau kecemasan, antara lain:

  • Merapikan barang-barang dengan cara sangat spesifik dan teratur.
  • Mandi atau mencuci tangan berulang-ulang.
  • Memeriksa hal-hal tertentu berulang kali, seperti kunci atau kompor.
  • Mengumpulkan barang-barang yang tidak memiliki nilai pribadi atau finansial.
  • Terus-menerus memeriksa bahwa kamu tidak menyakiti seseorang.
  • Menghitung, mengucapkan kata-kata, dan mengerjakan tugas berulang-ulang.
  • Makan makanan dalam urutan tertentu.

Jika Kawan Puan juga merasakan gejala OCD dan mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk segera berkonsultasi ke psikiater.

Psikiater akan membantumu untuk mengurangi gejala sekaligus memberikan obat-obatan jika diperlukan.

Baca Juga: Kenali 5 Gejala Fisik Kecemasan yang Tidak Boleh Diabaikan, Apa Saja?

Sumber: Cleveland Clinic
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara

Benarkah Tertawa Baik untuk Menjaga Kesehatan Mental? Ini Penjelasannya