Ukir Sejarah, Belasan Tokoh Perempuan Isi Struktur Kepemimpinan NU

Firdhayanti - Jumat, 14 Januari 2022
Alissa Wahid ditunjuk Jadi Ketua Tanfidziyah PBNU
Alissa Wahid ditunjuk Jadi Ketua Tanfidziyah PBNU Tribunnews

Parapuan.co - Belasan tokoh perempuan mengisi struktur kepengurusan organisasi keislaman Nahdlatul Ulama (NU). 

Tokoh-tokoh perempuan akhirnya mengisi struktur Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) setelah hampir 1 abad sejak berdirinya NU pada 31 Januari 1926. 

Dalam laman resmi Instagram International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), terdapat 11 tokoh perempuan yang mengisi struktur kepengurusan NU. 

Berbagai tokoh perempuan ini memiliki banyak track record sebagai akademisi, profesional, pemikir, hingga aspek ketokohan yang erat dengan toleransi beragama. 

Berikut ini adalah 11 perempuan yang tergabung dalam struktur kepemimpinan NU, termasuk Sinta Nuriyah yang merupakan istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid putri Gus Dur, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

1. Nyai Hj. Shinta Nuriyah A. Wahid: Mustasyar PBNU 

2. Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid: Mustasyar PBNU 

3. Nyai Hj. Nafisah Sahal Mahfudz: Mustasyar PBNU 

4. Nyai Hj. Faizah Ali Sibromalisi: A'wan PBNU 

Baca Juga: Perjalanan Karier Susi Pudjiastuti dari Jual Ikan hingga Jadi Menteri

5. Nyai Hj. Badriyah Fayumi: A'wan PBNU 

6. Nyai Hj. Nafisah Ali Maksum: A' wan PBNU 

7. Nyai Hj. Masriyah Amva: A'wan PBNU

8. Nyai Hj. Ida Fatimah Zainal: A'wan PBNU 

9. Nyai Hj. Alissa Qotrunnada Wahid: Ketua PBNU 

10. Nyai Hj. Khofifah Indar Parawansa: Ketua PBNU 

11. Ai Rahmayanti: Wakil Sekretaris Jenderal PBNU 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by INFID (@infid_id)

Melansir Kompas.com, masuknya tokoh perempuan dalam kepengurusan NU merupakan terobosan baru dalam susunan kepengurusan PBNU periode 2022-2027, sebagaimana diungkapkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.

"Baru kali ini, setelah 96 tahun usia Nahdlatul Ulama menurut kalender Masehi atau 99 tahun menurut kalender Hijriah, kaum perempuan diakomodasi di dalam susunan harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama," kata Yahya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (12/1/2022). 

Baca Juga: Ini Pesan Alissa Wahid dan Ifa Hanifah Misbach untuk Perempuan yang Alami Hijab Issue

Menurut Yahya, tak ada batasan dalam kepengurusan PBNU dan kepengurusan yang tidak melibatkan perempuan.

"Sekarang baru kita masukkan ini karena kita melihat kebutuhan sudah cukup mendesak, bahwa harus ada perempuan-perempuan yang ikut serta mengelola PBNU ini karena ada masalah-masalah besar terkait dengan perempuan," ujar Yahya.

Perempuan-perempuan yang terlibat dalam kepengurusan PBNU 2022-2027 merupakan tokoh-tokoh tangguh yang dapat dilihat dari kiprahnya selama ini, sebagaimana diungkapkan Yahya. 

Berbagai tokoh perempuan ini nantinya akan diandalkan untuk menangani berbagai hal, terutama yang berkaitan dengan masalah perempuan. 

"Bu Khofifah Indar Parawansa yang pasti nanti kami bisa andalkan untuk mengelola berbagai agenda PBNU menyangkut pemberdayaan perempuan," ujarnya.

Selain itu, ada Alissa Wahid yang akan memperkuat PBNU terkait kerja sama dengan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional. 

"Ibu Alissa yang selama ini juga malang melintang di berbagai forum intenasional pasti bisa kami andalkan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan PBNU terkait dengan nation engagement, dengan kerja sama internasional, juga terkait dengan masalah kemanusiaan yang di dalamnya masalah perempuan sangat menonjol," lanjut Yahya. 

Dalam kesempatan yang sama, Khofifah dan Alissa menyampaikan apresiasi dan kesepakatannya terhadap kebijakan itu.  

Baca Juga: Dukung SKB 3 Menteri Soal Seragam Sekolah, Alissa Wahid Sebut Masih Ada Kesalahpahaman di Masyarakat

Khofifah menganggap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia tak bisa dilepaskan dari peran perempuan.

Sementara itu, Alissa berpendapat bahwa hal itu akan menjadi pintu gerbang peran para perempuan NU yang selama ini sudah terlibat. 

Hal itu terlihat dalam mengurus pengajian hingga pesantren yang dapat memperbesar hikmahnya bagi bangsa, negara, dan peradaban dunia.

(*)

Sumber: Kompas.com,Instagram
Penulis:
Editor: Linda Fitria