Riset IDI Dukung Studi Percontohan untuk Pengelolaan Penyakit Kronis

Maharani Kusuma Daruwati - Kamis, 16 Desember 2021
Teknik penulisan resep obat yang tidak boleh sembarangan
Teknik penulisan resep obat yang tidak boleh sembarangan Freepik

Parapuan.co - Saat ini, Indonesia masih menghadapi masalah penanganan Prolanis (Program Layanan Penyakit Kronis), seperti yang dihadapi oleh pengidap diabetes tipe-2.

Data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021 menunjukkan bahwa jumlah pasien diabetes di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 19.47 juta orang, yang menempatkan Indonesia di posisi kelima sebagai negara dengan jumlah pengidap diabetes terbanyak.

Artinya, dibutuhkan kapasitas kesehatan yang memadai untuk masyarakat.

Sementara berdasarkan data dari Riset Kementerian Kesehatan 2020, Indonesia saat ini hanya memiliki sekitar 321.544 tempat tidur rumah sakit untuk melayani populasi sekitar 270 juta orang, atau berarti sekitar 1,2 tempat tidur rumah sakit untuk 1.000 penduduk.

Baca Juga: Sering Salah Arti, Ternyata Begini Aturan Minum Obat 3 Kali Sehari

Demikian pula, rasio dokter terhadap populasi hanya 0,38 dokter per 1.000 penduduk. 

Dalam kondisi tersebut, terdapat peluang besar bagi penyedia aplikasi kesehatan untuk memperluas layanan bagi pasien penyakit kronis dengan tidak hanya berfokus pada perawatan, namun juga pada aspek pencegahan.

Sebagai penyedia layanan kesehatan terpadu berbasis teknologi, melalui kerjasama erat dengan Lembaga Riset IDI, Good Doctor Technology Indonesia (Good Doctor) berinisiatif mempelopori sebuah studi percontohan dalam kerangka sketsa Prolanis.

Studi percontohan ini diharapkan dapat mendorong penggunaan  dalam telemedisin penanganan penyakit kronis dengan adanya dukungan regulasi yang menyeluruh.

"Kami percaya bahwa telemedisin berpotensi untuk membantu mendorong perkembangan kesehatan pasien, dan bahkan dapat menekan serta mengurangi biaya perawatan kronis BPJS dalam jangka panjang. Kami berharap hasil studi percontohan ini dapat ditindaklanjuti oleh seluruh pemangku kepentingan dalam skala yang lebih besar,” kata Head of Medical PT Good Doctor Technology Indonesia, dr. Adhiatma Gunawan.