Persiapan Sekolah Tatap Muka, Tips Menanamkan Anti Kekerasan pada Anak

Ratu Monita - Senin, 13 Desember 2021
Mengajarkan anak menghadapi tindakan kekerasan dalam persiapan sekolah tatap muka.
Mengajarkan anak menghadapi tindakan kekerasan dalam persiapan sekolah tatap muka. PORNCHAI SODA

Parapuan.co - Ada persiapan sekolah tatap muka penting yang perlu menjadi perhatian para orang tua.

Setelah kurang lebih dua tahun anak-anak menjalani program pembelajaran jarak jauh (PJJ), kembalinya mereka belajar di kelas bersama teman-temannya tentu saja membuatnya perlu beradaptasi kembali.

Baca Juga: Persiapan Sekolah Tatap Muka, Ini 5 Tips Memicu Minat Ilmu Pengetahuan Anak

Selain memerhatikan kondisi kesehatan fisik dan mental anak, dalam persiapan sekolah tatap muka, maka orang tua juga perlu menanamkan nilai-nilai baik serta keterampilan sosial untuk anak agar memudahkan mereka dalam bergaul.

Melihat maraknya kabar kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak, tentu membuat orang tua begitu khawatir dan harus selalu waspada.

Dalam upaya pencegahan, orang tua tidak cukup memberikan perlindungan lebih pada anak, melainkan perlu menanamkan pemikiran pada anak bahwa dirinya berharga dan tidak boleh disentuh oleh sembarangan orang.

Melansir dari laman Kompas.com, terdapat tips yang perlu orang tua ingatr dalam menanamkan pemikiran anti kekerasan seksual pada anak,

Berikut ulasannya yang perlu menjadi perhatian orang tua dalam persiapan pembelajaran tatap muka.

Mengatakan tidak (No)

Dalam persiapan sekolah tatap muka, hal pertama yang perlu orang tua ajarkan dalam menanamkan anti kekerasan pada anak dengan menyampaikan berani berkata tidak pada orang-orang yang menyentuh mereka.

Namun sebelum itu, orang tua perlu membantu anak dalam memahami mekanisme melawan aksi kekerasan seksual.

“Ini agak sulit karena kekerasan seksual itu biasanya dilakukan oleh orang terdekat. Jadi, anak seringkali tidak sadar,” ucap Hari Sadewo dari Child’s Rights Advisor Plan Indonesia.

Mengingat anak seringkali tidak menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban kekerasan seksual, maka di sinilah peran orang tua dibutuhkan, menurut Hari.

Untuk itu, orang tua harus membuat anak memahami bahwa sedekat apapun hubungan anak dengan seseorang, namun jika ia berani menyentuh tubuh sembarangan atau mengucapkan kata yang tidak pantas pada anak, maka ia harus menjauh.

“Anak sendiri harus tahu tentang perlakuan yang melanggar norma, sehingga anak bisa mengatakan tidak. Kalau dia tidak punya konsep pelanggaran kriminal, anak pasti akan diam saja, dan dalam pikirannya dia mengatakan ‘oh tidak apa-apa’” kata Hari

Dengan kata lain, orang tua perlu mengajarkan pada anak perihal norma-norma yang baik dan tidak baik, sehingga ia dapat menilai perilaku orang lain terhadap dirinya.

Baca Juga: Jelang Persiapan Sekolah Tatap Muka, Ini Rekomendasi Terbaru IDAI Soal Pelaksanaannya

“Coba pelan-pelan saja, misalnya bilang, ‘Ingat ya, kalau om atau Pak Guru pegang-pegang di sini atau di sini, kamu harus bilang ‘jangan’” tambah Hari.

Kemudian, jika anak telah mampu memahami cara mengatakan tidak, orang tua perlu menanamkan keberanian pada anak untuk mengatakan tidak.

Pasalnya, sering kali anak-anak telah memahami tindakan yang ia terima buruk, namun ia tidak memiliki keberanian atau cenderung takut untuk mengungkapkan penolakan.

“Mungkin anak bakal takut. Mungkin takut dimarahi atau apa, tapi kita harus mengingatkan bahwa anak punya hak untuk tidak mendapatkan perlakuan buruk,”

Dalam memberikan pengajaran pada anak, orang tua bisa membantu mereka mencari alasan untuk menolak dengan memberikan beberapa contoh.

Menyelamatkan diri (Go)

Setelah mengajarkan anak berani untuk mengatakan tidak, hal selanjutnya adalah menyelamatan diri.

Setelah anak berani menolak dan mengatakan tidak, maka ia perlu diajari cara menyelamatkan diri sendiri ke tempat yang aman.

“Ajari anak untuk menghindar dari orang yang dicurigai akan melakukan kekerasan seksual. Lalu, minta anak untuk mencari tempat yang aman, seperti rumah, atau kantor polisi. Jika perlu, anak bisa mengancam akan melaporkan,” kata Hari.

Dalam persiapan pembelajaran tatap muka, hal ini dinilai penting karena pelecehan dan kekerasan seksual pada anak dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

 

Melapor (Tell)

Setelah anak mampu menyelamatkan diri dan menemukan tempat yang aman, maka ia perlu memahami cara melapor.

Penting bagi orang tua mengajari anak untuk selalu terbuka, khususnya saat ia menjadi mendapatkan tindakan yang tidak menyenangkan atau bahkan jika ia menjadi saksi saat temannya dilecehkan.

Karena, biasanya anak yang menjadi korban pelecehan ataupun kekerasan seksual merasa takut untuk melapor karena ia menghadapi ancaman dari pelaku.

Sementara, jika anak telah menginjak usia remaja dan memiliki ponsel pribadi, maka orang tua bisa menyimpan beberapa nomor telepon darurat atau nomor telepon pengaduan.

Sampaikan pada anak untuk segera menghubungi nomor-nomor tersebut saat ia mengalami pelecehan ataupun melihat korban pelecehan.

Ingatkan anak untuk tidak takut melapor meski diancam, dan buatlah dia paham kalau identitas pelapor selalu dirahasiakan.

“Kebanyakan korban, apalagi anak-anak, takut melapor karena ancaman. Misalnya, diancam akan dibunuh atau dikeluarkan dari sekolah. Namun, orangtua harus bisa membimbing anak untuk tidak takut,” kaya Hari.

Lebih lanjut lagi, orang tua bisa melihat tanda-tanda anak mengalami pelecehan seksual dengan memerhatikan perubahan perilaku anak.

Menurut Hari, biasanya anak yang mengalami pelecehan seksual namun takut melapor akan menjadi murung dan pendiam.

Baca Juga: 5 Pilihan Masker Kain Anak untuk Persiapan Sekolah Tatap Muka

Jika anak terlihat mengalami ini, cobalah ajak anak berdiskusi agar mau bercerita. Lalu, Hari juga mengingatkan agar kita atau anak melapor ke tempat yang tepat.

“Karena pengalaman kita selama ini, jika melapor ke yang tidak tepat ya penanganannya tidak tepat. Jangan ke RT atau RW karena mereka mungkin tidak tahu bagaimana harus merespon. Lebih baik ke kepolisian (Polres) terdekat, ke bagian Unit Perlindungan Perempuan dan Anak atau kantor layanan P2TP2A,” kata Hari.

Jadi, cara yang bisa orang tua lakukan untuk menanamkan pada anak cara menghadapi jika terjadi kekerasan dan pelecehan seksual adalah dengan mengajarkannya memiliki keberanian menolak, menyelamatkan diri, dan melapor.

Langkah ini dilakukan dalam persiapan sekolah tatap muka, sebagai upaya preventif terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual pada anak. (*)

 

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh