Lewat Film Bara, Dian Sastrowardoyo Ajak Kita Kenali Identitas Diri

Firdhayanti - Selasa, 30 November 2021
Dian Sastrowardoyo dalam pemutaran film Bara (The Flame), Senin (29/11/2021).
Dian Sastrowardoyo dalam pemutaran film Bara (The Flame), Senin (29/11/2021). DOK. PARAPUAN/FIRDHAYANTI

Parapuan.co - Aktris Dian Sastrowardoyo mengajak khalayak untuk lebih memahami identitas dan asal usul diri lewat film Bara (The Flame).

Film Bara (The Flame) sendiri merupakan kolaborasi Yayasan Dian Sastro (YDS) dan Sejauh Mata Memandang. 

Menurut Dian, Bara (The Flame) adalah upaya para sineas untuk mengutarakan suara-suara dari masyarakat adat.

Sebab tidak dimungkiri bahwa berbagai pengetahuan tentang alam dan adat kini sudah menjadi hal yang asing bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. 

Baca Juga: Ingin Kampus Bebas Kekerasan Seksual, Dian Sastro Dukung Permendikbud 30/2021

"Kita yang tinggal di Jakarta dan menjadi bagian dari masyarakat modern saat ini benar-benar sudah sangat terpisah dari asal usul kita sendiri, baik secara adat maupun kedekatan kita dengan alam. Seperti yang diwakili oleh Pak Iber," ujar Dian dalam sesi diskusi setelah pemutaran perdana film Bara (The Flame) pada Senin (29/11/2021) di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. 

Lewat film ini, Dian mendapati hubungan antara generasi tua dan muda dilukiskan sebagai sesuatu yang bermakna. 

Dian melihat komunikasi Pak Iber dengan sang cucu selaku anggota keluarga termuda masih terjalin dengan baik. 

Anggota keluarga antargenerasi ini bahkan membicarakan tentang adat dan aturan-aturannya. 

 

Hal ini tentu sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat ini. 

"Itu membuat kita berkaca. 'Kalau kita di rumah ngobrol enggak ya sama anggota tertua di keluarga kita?'" ucapnya.

"Kalaupun kita berbicara sama mereka, kok kayaknya kita enggak pernah ngomongin hal-hal yang sama sekali mereka tahu tapi kita enggak tahu," tuturnya.

"Cuma kayak mereduksi pembicaraan menjadi chit chat yang enggak ada artinya," lanjutnya. 

Baca Juga: Cerita Kelam Dian Sastro Ditinggal Orang Tua Hingga Ingin Bunuh Diri

Dian memahami bahwa film ini mengajak kita untuk memaknai kembali hubungan antar anggota keluarga dan menghidupkan pengetahuan kita tentang identitas diri kita. 

"Jadi segala sesuatu yang mestinya kita jaga. Jangan sampai yang tidak terputus tetap terputus," kata Dian. 

Film dokumenter Bara (The Flame) diproduksi  bersama Abimata Group, Cineria Film, RM Cine Makassar, dan Aljazeera Documentary Channel. 

Kisahnya menceritakan perjuangan lelaki bernama Iber Djamal sebagai penduduk asli Kalimantan yang mempertaruhkan sepanjang hidupnya untuk mendapatkan hak waris hutan adatnya.

Film yang juga bertujuan memaparkan isu krisis iklim dan lingkungan hidup yang telah menjadi permasalahan besar di negara. 

Merupakan film dokumenter panjang pertama yang disutradarai oleh Arfan Sabran dan diproduseri oleh Gita Fara, film ini telah tayang di berbagai negara lho, Kawan Puan. 

Film Bara (The Flame) telah tayang di Vision du Reel Film Festival di Swiss pada April 2021, DMZ Documentary Film Festival di Korea pada September 2021, dan Bifed, Ecology Film Festival di Turki pada Oktober 2021.

Selanjutnya, film dokumenter ini juga akan tayang perdana di Jogja NETPAC Asian Film Festival 2021 dan di Singapore International Film Festival pada akhir  November ini. 

Baca Juga: Belajar Berhenti Jadi People Pleaser Lewat 4 Karakter Perempuan dalam Film dan Serial Ini

Film yang juga bertujuan memaparkan isu krisis iklim dan lingkungan hidup yang telah menjadi permasalahan besar di negara ini akan tayang secara eksklusif di beberapa kota besar di Indonesia mulai akhir November 2021.

Berkolaborasi bersama Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Sejauh Mata Memandang, Bara (The Flame) akan mengunjungi berbagai kota di Indonesia.

Kota-kota yang dikungjungi antara lain adalah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Makassar, dan Palangkaraya.

Tujuan dari kunjungan film Bara (The Flame) ke berbagai kota adalahuntuk mengajak masyarakat agar turut serta dalam upaya melindungi lingkungan hutan adat di Indonesia.

Film ini juga akan menyapa secara virtual daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh bioskop melalui pemutaran film dan diskusi yang mendalam.

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania