Saat Mendengar Lagu Galau Seperti Milik Adele, Ini yang Terjadi pada Otak

Anna Maria Anggita - Rabu, 24 November 2021
Mendengarkan musik sedih membuat emosi bergejolak
Mendengarkan musik sedih membuat emosi bergejolak Instagram @adele

Parapuan.co - Tentu banyak yang mendengarkan rilisan lagu terbaru dari Adele yang berjudul Easy on Me, mungkin orang tersebut termasuk Kawan Puan sendiri?

Hal itu disebabkan lagu Adele cenderung ke sesuatu hal yang galau dan sedih, lalu apakah hal tersebut membuat Kawan Puan jadi ikut sedih juga?

Dilansir dari The Conversation, ternyata musik sedih bisa dijelaskan secara biologi.

Misalnya dengan merasakan rasa sakit yang dialami oleh Adele melalui lagunya atau mengingat rasa sakit yang dialami diri sendiri dapat menyebabkan perubahan kimiawi dalam tubuh.

Baca Juga: Apa Itu Emotional Eating? Simak Penjelasan dan Penyebabnya Berikut

Studi berjudul Enjoying Sad Music: A Test of the Prolactin Theory memang tidak menemukan bahwa musik sedih meningkatkan kadar hormon prolaktin.

Namun, hormon prolaktin dan oksitosin berperan membuat musik sedih terdengar lebih enak.

Tak hanya itu, ketika mengalami kehilangan di kehidupan nyata atau berempati dengan rasa sakit, maka hormon prolaktin dan oksitosis dilepaskan dalam tubuh.

Kedua hormon tersebut membantu mengatasi rasa kehilangan, sehingga membuat seseorang merasa lebih tenang dan terhibur.

Lantas jika menikmati musik sedih, sebenarnya apa yang terjadi pada otak?

Mengutip dari Brain Postketika mendengarkan musik, daerah otak pendengaran dan beberapa otak motorik lainnya berkolerasi.

Tak hanya itu, sinyal karena pendengaran itu juga berkolerasi di insula yang terlibat dalam proses perubahan internal tubuh dan keadaan emosional orang lain.

Perlu dipahamai bahwa insula merupakan bagian di otak yang terkait dengan pemrosesan emosi, baik itu senang atau sedih.

Berdasarkan penelitian Dynamic intersubject neural synchronization reflects affective responses to sad music, baik emosi kesedihan maupun kesenangan melibatkan sinkronisasi di wilayah striatal.

Baca Juga: Mengenal 4 Jenis Depresi Paling Umum, Salah Satunya Gangguan Bipolar

Di samping itu, intensitas peringkat kesedihan juga terkait dengan sinkronisasi dinamis dalam jaringan limbik.

Sementara itu, peringkat kenikmatan terkait dengan jaringan mode pendengaran, orbitofrontal, dan jeringan default di otak.

Pada studi yang sama, peneliti membagikan kuisioner yang harus diselesaikan oleh peserta yang terbagi dalam empat subkategori yakni musikalitas, empati, kecemasan, dan depresi.

Salah satu kuisioner dengan subkategori empati bagian fantasi, terdapat pembahasan mengenai bagaimana seseorang menikmati lagu galau dan sedih yang sebelumnya dikaitkan dengan narasi atau sebuah cerita.

Selanjutnya para peneliti membagi peserta penelitian menjadi dua kategori, yakni kelompok fantasi tinggi dan rendah untuk melihat apakah sinkronisasi otak mereka berbeda sebagai fungsi empati.

Hasil penelitian tersebut, kelompok fantasi tinggi menunjukkan aktivitas yang lebih berkorelasi di korteks pendengaran kiri, meluas ke girus temporal tengah, area frontal, dan beberapa area visual.

Baca Juga: 4 Penyebab Utama Depresi, Mulai Riwayat Keluarga hingga Kepribadian

Sementara, untuk kelompok fantasi rendah memiliki aktivitas yang lebih berkorelasi di daerah pendengaran dan parietal posterior serta insula dan berekor.

Kesimpulannya, peserta pada kelompok fantasi tinggi selama mendengarkan musik sedih berfokus pada refleksi, pemahaman, dan visualisasi emosi.

Sementara itu, peserta fantasi rendah mungkin memiliki respons emosional yang lebih intens ketika mendengarkan musik. (*)

Sumber: The Conversation,Brain Post
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda

Benarkah Tertawa Baik untuk Menjaga Kesehatan Mental? Ini Penjelasannya