Fentia Budiman, Nakes Covid-19 yang Aktif dalam Organisasi Pergerakan Perempuan

Ardela Nabila - Minggu, 21 November 2021
Fentia Budiman, perawat yang pernah menjadi relawan di Wisma Atlet.
Fentia Budiman, perawat yang pernah menjadi relawan di Wisma Atlet. Fentia Budiman

Saat itu, ia memutuskan untuk mengabdikan diri sebagai relawan karena merasa memiliki tanggung jawab besar sebagai tenaga kesehatan.

“Saya punya pemahaman yang selalu saya tanamkan bahwa profesi saya ini adalah profesi yang bertanggung jawab untuk semua orang. Jadi saya punya sumpah profesi yang harus saya terapkan. Apa pun risikonya, itu saya sudah siap tanggung,” tegas Fen saat dihubungi PRAPUAN.

Meski demikian, ia juga sempat mengalami pertentangan dari pihak keluarga terkait keputusan berisikonya itu.

Namun, pada akhirnya Fen berhasil memberikan pemahaman kepada keluarganya bahwa ia, sebagai tenaga kesehatan, memiliki ilmu yang bisa diterapkan untuk membantu masyarakat.

Selama menjadi garda terdepan, Fen sebagai perawat bertugas untuk mengurus pasien, seperti memasang infus sampai memberikan obat.

Baca Juga: Cerita Novelia Pishesha Soal Vaksin Covid-19 Berbasis Protein yang Ia Kembangkan

Tantangan terbesar yang dialaminya selama mengabdi di Wisma Atlet adalah lantaran ia harus bergerak dalam balutan Alat Pelindung Diri (APD), di mana ia harus membatasi mobilitasnya, sementara jumlah pasien terus bertambah.

Memang, saat itu pasien Covid-19 sedang tinggi-tingginya, sehingga ia dan rekan-rekannya harus memikirkan banyak pasien dengan sumber daya manusia di Wisma Atlet yang terbatas.

“Pandemi ini adalah pukulan terberat untuk kami yang bekerja di sektor kesehatan karena angka peningkatan jumlah pasien Covid-19 dengan jumlah tenaga kesehatannya itu timpang banget. Di Wisma Atlet sendiri itu kasusnya dua perawat harus melayani 60 sampai 70 pasien, itu bisa dibayangkan,” cerita Fen.

Aktif dalam organisasi pergerakan perempuan dan partai

Selain mengabdi sebagai seorang tenaga kesehatan, perempuan berusia 27 tahun ini juga aktif dalam organisasi pergerakan perempuan.

Fen bercerita, ia mulai menjejaki berbagai pergerakan sejak awal menjadi mahasiswa, yakni pada tahun 2011.

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh