Dampak Gangguan Makan pada Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan

Ratu Monita - Sabtu, 20 November 2021
Gangguan makan memengaruhi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
Gangguan makan memengaruhi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan. Kiwis

Nutrisi dan Hormon

Pada perempuan yang mengidap bulimia nervosa atau OSFED mungkin memiliki berat badan normal untuk tinggi badan mereka, tetapi mengalami menstruasi yang tidak teratur atau bahkan tidak ada.

Hubungan antara nutrisi dan kesuburan tidak dipahami dengan baik, tetapi para peneliti menemukan hubungan antara kualitas makanan seseorang dan risiko masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, khususnya kesuburan.

Mereka yang memiliki gangguan makan cenderung memiliki pola makan yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi dasar.

Jika seseorang memaksa dirinya untuk muntah, atau menggunakan obat pencahar atau enema untuk mengosongkan isi perutnya dengan cepat, tubuh mereka tidak akan memiliki waktu yang dibutuhkan untuk menyerap nutrisi dari makanan yang mereka makan.

Sementara, tubuh membutuhkan berbagai vitamin, mineral, dan protein, serta hidrasi yang tepat.

Dan, saat tubuh tidak mendapatkan nutrisi penting, maka kualitas sel telur pun cenderung buruk.

Selain itu, tubuh pun menjadi lebih sulit mensintesis hormon-hormon penting untuk reproduksi dan pada akhirnya menyebabkan penurunan kesuburan.

Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan : Seberapa Aman Menstrual Cup?

Menstruasi dan Ovulasi

Salah satu tanda gangguan makan pada perempuan adalah amenore dan oligomenore, atau menstruasi yang tidak teratur.

Memang tidak setiap perempuan dengan gangguan makan akan mengalami menstruasi yang tidak teratur, tetapi kebanyakan mengalami hal serupa.

Jika kamu tidak menstruasi secara normal, ini berarti kamu juga tidak berovulasi secara normal.

Sedangkan, jika tidak berovulasi secara normal, maka akan sulit untuk seorang perempuan hamil.

Menurut beberapa penelitian, 66 hingga 84 persen perempuan pengidap anoreksia nervosa tidak mendapatkan menstruasi, dan antara 6 hingga 11 persen memiliki siklus haid tidak teratur.

Untuk perempuan dengan bulimia nervosa, 7 dan 40 persen di antaranya mengalami amenore dan antara 36 dan 64 persen mengalami menstruasi yang tidak teratur.

Hal ini disebabkan, perempuan yang memiliki BMI rendah, asupan kalori rendah, dan melakukan olahraga berlebihan cenderung mengalami menstruasi tidak teratur.

Sementara siklus menstruasi perempuan dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan organ kewanitaan, tetapi tidak selalu menjadi prediktor kesehatan kesuburan yang baik.

Karena mungkin saja seseorang bisa hamil dengan menstruasi yang tidak teratur, dan juga mungkin mengalami menstruasi yang sangat teratur namun tidak subur.