4 Tahap Pertumbuhan dalam Pernikahan, Apakah Selalu Harmonis?

Ericha Fernanda - Minggu, 14 November 2021
Tahap-tahap pertumbuhan dalam pernikahan
Tahap-tahap pertumbuhan dalam pernikahan Fransiskus Dedy

Parapuan.co - Kehidupan pernikahan adalah tentang tumbuh bersama pasangan dengan lika-liku hubungan yang menantang.

Setiap tahap pernikahan menghadirkan kesempatan bersama menghadapi untuk rintangan, beradaptasi, hingga saling memahami.

Ya, mahligai rumah tangga itu dinamis dan fluktuatif. Tidak selamanya harmonis, dan juga tidak selamanya menantang.

Salah satu cara untuk bertumbuh ke tahap selanjutnya adalah sama-sama bertahan. Bertahan saling menerima meski keadaan sudah berbeda.

Baca Juga: 5 Tips Menjaga Hubungan yang Harmonis di Tahun Pertama Pernikahan

Seperti melansir For Your Marriage, berikut adalah 4 tahap pertumbuhan dalam pernikahan.

Tahap Satu – Romantis, Gairah, Ekspansi, dan Janji

Masa awal menikah, pasangan sering berkomunikasi dengan mudah dan panjang lebar. Ya, dunia serasa milik berdua.

Obrolan di tahap awal ini menarik dan penuh harapan, yaitu mimpi, cita-cita, masa depan, dan janji berdua.

Masing-masing individu berusaha menjadi yang terbaik untuk pasangan dengan meminimalkan perbedaan individu.

Momen ini menjadi saat yang perlu diingat, di mana pasangan saling mensyukuri kehadiran masing-masing dan menikmati setiap waktu bersama.

Tahap Dua – Menetap dan Realisasi

Realita kehidupan pernikahan mulai terasa, termasuk kelebihan dan kekurangan pasangan yang belum diketahui sebelumnya.

Masing-masing mulai memahami pentingnya komunikasi terbuka dan keterampilan mendengarkan yang baik dalam menikah.

Pernikahan terasa seperti rutinitas, yang perlu dihidupkan lagi terkait gairah dan romantisme dengan pasangan.

Momen ini, pasangan perlu jujur dan terbuka atas apa pun. Termasuk menyampaikan kebutuhan, keinginan, hingga komplain kepada pasangan dengan cara yang baik.

Baca Juga: 7 Cara Menghadapi Silent Treatment dari Pasangan, Aku Harus Apa?

Tahap Tiga – Pemberontakan dan Konflik

Pernikahan terdiri dari dua orang yang berbeda, ini menyadarkan bahwa pernikahan tak selamanya bisa memenuhi harapan satu sama lain.

Konflik rumah tangga pasti ada, termasuk mengecewakan, tidak sengaja saling menyakiti, menyalahkan, menilai, mengkritik, merasa lebih berkuasa, hingga mendiamkan (silent treatment).

Perbedaan menjadi terlihat sebagai 'jurang pemisah', yang dapat menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang merasuk ke dalam hubungan.

Momen ini, pasangan perlu melatih rasa empati, saling memaafkan, menerima, dan introspeksi diri untuk menjaga komitmen bersama sembari menghargai kebutuhan masing-masing.

Tahap Empat – Penemuan, Rekonsiliasi, dan Memulai Lagi

Pasangan dapat melewati tahap sebelumnya melalui komunikasi yang mendalam, kejujuran, dan kepercayaan. Idealnya, mereka menemukan dan menciptakan keterikatan baru.

Masing-masing individu lebih menghargai dan mensyukuri hubungan, serta menyadari kekurangan dan kelebihan diri agar bisa bertumbuh bersama.

Kehidupan pernikahan menjadi lebih harmonis, di mana masing-masing pihak mengurangi perilaku negatif seperti merasa berkuasa atau menyalahkan.

Momen ini, perasaan ke pasangan menjadi lebih jujur, dewasa, dan komunikasi terbuka berjalan dengan lancar. Perbedaan bukan jadi pemisah, tapi justru memperkaya hubungan.

Kesimpulannya, pertumbuhan sepanjang perjalanan pernikahan membutuhkan keterbukaan dan fleksibilitas. 

Tidak ada hubungan tanpa masalah, tapi dengan tetap bertahan dan mengevaluasi diri maka pernikahan bisa berkembang lebih baik.

Baca Juga: Selain Rasa Bosan, Ini 4 Hukum Cinta yang Tidak Bisa Dihindari dalam Sebuah Hubungan

Sumber: For Your Marriage
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara