Keren! Komunitas Salihara Adakan Pameran Seni Rupa soal Masalah Lingkungan

Firdhayanti - Minggu, 31 Oktober 2021
Ilustrasi pameran seni rupa
Ilustrasi pameran seni rupa Chalffy/Getty Images

Berbeda dengan Andrita, Wildan membiarkan saja sampah itu sebagaimana adanya.

Sampah-sampah itu punya warna, punya riwayat, kelak akan mengalami proses kehancuran pada dirinya sendiri.

Wildan mengekstrimkan gagasannya dengan langsung menghadirkan kekonkritan.

Dalam karyanya yang baru, ia  menghadirkan hebel, sejenis bata berwarna putih yang kini makin populer untuk pembuatan tembok rumah.

Baca Juga: Beli BTS Hangeul Message Chocolate Bisa Lewat Bus, Ada di 6 Kota!

Ia juga menggunakan obyek temuan dalam karya-karyanya, seperti kursi plastik, mesin printer bekas, dan lain sebagainya. Ia rupanya memprovokasi pengunjung lewat-benda temuan.

Sementara itu, Argya Dhyaksa dalam karyanya seperti mengatakan bahwa tidak akan pernah ada yang sempurna.

Hal ini bisa jadi bersangkut paut dengan pengalamannya sebagai seorang keramikus yang senantiasa berdebar-debar, apakah keramik di dalam tungku itu akan berhasil atau cacat dan rusak selama proses pembakaran.

Keramikus muda ini dalam karya-karyanya menampilkan ketidaksempurnaan itu dalam tulisan plesetan yang diabadikan pada sebuah bentuk menyerupai prasasti.

Jika Kawan Puan ingin mengunjungi pameran Three Plastic For Hearts, silahkan buka tautan ini. (*)

 

Sumber: Rilis
Penulis:
Editor: Arintya