Diduga Lakukan Kekerasan pada Perempuan, Kim Seon Ho Alami Cancel Culture, Apa Itu?

Putri Mayla - Sabtu, 23 Oktober 2021
Kekerasan pada perempuan secara emosional berbentuk gaslighting dan aborsi yang diduga dilakukan KIm Soen Ho, membuatnya kena cancel culture.
Kekerasan pada perempuan secara emosional berbentuk gaslighting dan aborsi yang diduga dilakukan KIm Soen Ho, membuatnya kena cancel culture. Original Photo by Netflix

Parapuan.co - Kim Seon Ho baru-baru ini terkena skandal aborsi dan berkaitan dengan dugaan kekerasan pada perempuan secara emosional dalam bentuk gashlighting terhadap mantan kekasihnya.

Alhasil, aktor pemeran utama drama Korea Hometown Cha-Cha-Cha yang sedang naik daun ini menjadi target cancel culture di Korea Selatan.

Seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (22/10/2021), ia mengakui perbuatannya dan meminta maaf pada mantan kekasihnya secara terbuka.

Selain itu, ia juga berniat bertemu langsung dan bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut.

Baca Juga: Tak Berbuat Apa-apa Saat Lihat Kekerasan pada Perempuan, Pahami Fenomena Bystander Effect

Kekerasan pada perempuan berbentuk gaslighting merupakan tindakan manipulasi psikologis terhadap seseorang, melansir Britannica. 

Hal ini dapat berdampak pada piskologis korban, sehingga ia dapat mempertanyakan kemampuannya membedakan kebenaran dari kepalsuan.

Sementara itu, dampak dari dugaan kasus aborsi dan gaslihting yang dilakukan Kim Seon Ho ini membuatnya terkena cancel culture oleh publik Korea Selatan.

Tak hanya itu, cancel culture kemungkinan membuat karier maupun popularitas yang tengah dimiliki Kim Seon Ho tidak terselamatkan.

Ia boleh jadi tidak akan lagi bisa melanjutkan karier di dunia hiburan Negeri Gingseng tersebut.

Kim Seon Ho telah kehilangan sejumlah kontrak besar termasuk dalam film, variety show dan sebagai bintang iklan akibat dampak dugaan pelecehan emosional yang ia lakukan.

 

Cancel culture di dunia hiburan Korea

Masih melansir Kompas.com, cancel culture menjadi momok tersendiri bagi para pesohor di dunia hiburan akibat dugaan kekerasan pada perempuan yang dilakukannya.

Aksi boikot ini juga banyak terjadi di Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Beberapa pesohor telah mengalami cancel culture karena perbuatan mereka yang dianggap tak pantas. Terlepas dari bakat dan karya bagus yang mereka tampilkan.

Beberapa nama selebritas dunia yang merasakan cancel culture di antaranya Johny Depp hingga Seungri BIGBANG.

Baca Juga: Saat Mengetahui Kekerasan pada Perempuan, Lakukan 5 Hal Berikut

Tak hanya aktor yang sempat merasakan cancel culture, selebritas dan aktris seperti Chrissy Teigen dan So Yea Ji juga merasakannya.

Mereka harus menghadapi kariernya tak terselamatkan karena kabar yang telah beredar mengenai perilakunya baik di masa lalu maupun masa kini.

Meskipun, ada yang terbukti melakukannya tapi ada juga yang tidak.

Akan tetapi, rupanya, cancel culture di Korea Selatan agaknya jauh lebih kejam apabila dibandingkan dengan di Amerika Serikat.

Saat terjerat skandal, kebanyakan akan dipermalukan dan sulit kembali ke panggung hiburan.

Seperti yang terjadi akibat dampak dari pelecehan emosional yang pernah mereka lakukan.

Hal ini berbeda dengan di Amerika Serikat yang masih memberikan kesempatan untuk kembali berkarier meskipun dalam skala yang lebih kecil.

Sementara itu, publik Korea Selatan juga lebih sensitif karena banyak faktor yang bisa menjadi pemicu cancel culture.

Selain dianggap tindakan kriminal, perilaku tidak pantas seperti gaslighting atau merokok ketika sekolah juga bisa menjadi sumber boikot publik.

Melansir Kompas, Lisa Nakamura, seorang profesor di University of Michigan menjelaskan, cancel culture adalah "boikot budaya" terhadap selebritas, merek, perusahaan, atau konsep tertentu.

Pada umumnya, ini dilakukan kepada pesohor yang tersandung skandal atau isu akan perilakunya yang bermasalah. Bentuk boikot yang diberikan bisa berbeda-beda untuk tiap orang.

Baca Juga: Angkat Kekerasan pada Perempuan di Serial Maid, Begini Kata Kreatornya

Ada yang kehilangan berbagai kontrak pekerjaan, bullying di media sosial, pengurangan adegan dalam sebuah drama, filmnya sulit tayang, hingga kehilangan penggemar.

Dr Jill McCorkel, seorang profesor sosiologi dan kriminologi di Universitas Villanova mengatakan, cancel culture sebenarnya bukanlah tradisi yang baru di masyarakat.

Kebiasaan ini sudah ada sepanjang sejarah keberadaan manusia.

Masyarakat telah menghukum orang lain karena berperilaku di luar norma sosial yang dirasakan selama berabad-abad, ujarnya.

Cancel culture yang tengah marak di era digital ini merupakan variasi lain yang lebih baru.

"Cancel culture adalah perpanjangan atau evolusi kontemporer dari serangkaian proses sosial yang lebih berani yang dapat kita lihat dalam bentuk pengusiran," katanya.

Cara ini dirancang untuk memperkuat seperangkat norma dengan menjadikan para pesohor termasuk selebritas, perusahaan, dan media sebagai sasarannya.

Seperti halnya yang terjadi pada Kim Seon Ho dalam dugaan kasus kekerasan pada perempuan secara emosional berbentuk gaslighting dan aborsi. (*)

Sumber: kompas,britannica
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda