Mengenal Kalis Mardiasih, Penulis yang Peduli Hak Perempuan dan Anak

Arintha Widya - Minggu, 3 Oktober 2021
Kalis Mardiasih
Kalis Mardiasih Instagram @kalis.mardiasih

Parapuan.co - Apabila Kawan Puan juga pemerhati isu perempuan di media sosial, sosok Kalis Mardiasih mungkin sudah tidak asing lagi.

Kalis Mardiasih merupakan seorang penulis buku sekaligus aktivis yang peduli pada isu perempuan dan anak, mulai dari kekerasan sampai kesetaraan.

Kalis Mardiasih bahkan sudah menulis tiga buku tentang perempuan, khususnya dari sudut pandang agama Islam, yang menurutnya kurang punya kesempatan untuk menjadi setara.

Salah satu penyebabnya boleh jadi dari perempuan sendiri, yang sebagian meyakini betapa tempat terbaik baginya adalah di rumah masing-masing.

Alhasil, banyak dari perempuan yang meninggalkan karier untuk sekadar berbakti pada suami dan mengurus anak-anaknya di rumah.

Baca Juga: Luh Ketut Suryani, Profesor Ahli Jiwa Usia 77 Tahun yang Kerap Beri Konsultasi Gratis

Kalis tak sependapat dengan hal itu karena tak sedikit perempuan muslim di masa lampau sampai sekarang yang tetap dapat berprestasi di luar rumah dan sangat menginspirasi.

Isu itulah yang membuatnya tidak tinggal diam, hingga kemudian mulai angkat bicara melalui tulisan.

Bagaimana kisah Kalis Mardiasih hingga jadi seorang penulis dan pemerhati isu perempuan?

Simak curahan hatinya ketika menjadi bintang tamu di Podcast Cerita Parapuan episode 13 belum lama ini!

Awal Mula Kalis Mardiasih jadi Penulis

Perempuan lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tersebut sudah mulai menulis semenjak masih mahasiswa.

Kepada PARAPUAN, Kalis mengaku dulunya ia aktif mengirimkan berbagai artikel untuk koran-koran lokal.

"Sebetulnya kalau menulis sudah lama, ya. Sudah sejak mahasiswa aku menjadi aktivitas menulis sebagai kegiatan profesional," kenangnya.

Meski begitu, untuk menjadi seorang penulis buku yang mengangkat isu perempuan muslim, ia baru menekuninya sejak tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Profil Sarah Gamal, Wasit Berhijab Pertama di Cabor Basket Olimpiade Tokyo 2020

"Kalau untuk buku sendiri baru terbit pertama kali tahun 2018. Cita-citanya setiap tahun mau ada buku yang terbit," tambah Kalis antusias.

Selagi aktif menulis, perempuan kelahiran 1992 itu juga terlibat dalam organisasi-organisasi pemerhati isu perempuan dan anak.

Penulis buku Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar! (2019) itu semakin menyadari bahwa isu tentang kedua hal tersebut amat penting dari sisi kehidupan.

Terlebih, dirinya juga seorang perempuan yang notabene dianggap rentan mendapatkan kekerasan berbasis gender.

Awalnya, Kalis hanya menyuarakan pendapatnya dengan mengomentari unggahan-unggahan akun islami yang berbicara soal gender dan mengesampingkan kesetaraan.

Sekitar tahun 2016 sebelum dirinya dewasa dalam bermedia sosial, ia kerap terlibat adu pendapat dengan para netizen di kolom komentar.

Lama kelamaan, ia sadar hal yang dilakukannya sia-sia dan ingin bersuara lebih keras lagi dengan cara menuliskan pemikiran-pemikirannya ke dalam buku.

"Aku udah capek war di kolom komentar, kayaknya lebih enak kalau aku menulis dengan rapi pikiran-pikiranku di dalam satu buku yang bisa dibaca orang dan dipahami lebih banyak orang lagi," kata Kalis Mardiasih tersenyum bangga.

 

Cerita Kalis Menjadi Aktivis

Kalis Mardiasih menjadi aktivis yang fokus pada isu perempuan dan anak sejak lima tahun terakhir.

Hal itu lantaran ia kerap membantu organisasi terkait, serta membaca berbagai buku dan studi mengenai perempuan.

Ia juga berkesempatan mengikuti course-course pendek seputar isu perempuan, dan bertemu aktivis-aktivis perempuan muslim se-Asia Pasific yang memperjuangkan kesetaraan gender.

Baca Juga: Cerita Amanda Farliany, Difabel Tunarungu yang Sukses Jadi Youtuber dan Model

Di situlah, ia merasa menemukan jalannya untuk berjuang bersama para aktivis tersebut walau lingkupnya masih sempit.

"Aku merasa kayaknya this is my way," ujarnya sembari mengangkat kedua alisnya mengenang masa beberapa tahun silam.

"Semakin banyak melihat kasus perkawinan anak, misalnya. Kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan berbasis gender," imbuh Kalis.

Ia juga mengaku, "Aku bahkan secara khusus selama dua tahun keliling Indonesia untuk belajar literasi digital media islam untuk perempuan." 

Dan di sinilah Kalis sekarang. Dirinya menjadi penulis dan aktivis yang banyak bersuara, mengkritik, apapun yang menurutnya mengesampingkan hak perempuan.

Inspiratif sekali, ya, Kawan Puan? (*)