Terancam Punah, Ini 5 Cara Melestarikan Kopi agar Tak Lenyap

Maharani Kusuma Daruwati - Sabtu, 2 Oktober 2021
Cara seru melestarikan kopi agar tak punah.
Cara seru melestarikan kopi agar tak punah. Paxels

Parapuan.co - Beberapa tahun lalu terdengar kabar bahwa kopi akan punah akibat perubahan iklim.

Tentu berita ini mengejutkan para penggemar kopi sejati.

Soalnya, budaya ngopi sudah sejak lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Namun, apakah benar bahwa kopi akan punah? 

Renata Puji Sumedi Hanggarawati, Agroecosystem Program Manager dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), menjelaskan, perubahan iklim tentu akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan.

Salah satunya pada ekosistem dan bentang alam, dan pada makhluk hidup.

Baca Juga: Efek Samping dan Bahaya Terlalu Banyak Minum Kopi dan Kafein

Tanaman kopi juga tentu ikut terdampak perubahan iklim.

Musim makin sulit diprediksi, musim panen berubah, hama penyakit meningkat.

Degradasi lahan dan  kondisi ekosistem yang tidak mendukung akan berdampak pada penurunan produksi kopi.

Tapi, Puji meyakini, kopi tidak akan punah, selama kita dapat turut mengurangi dampak perubahan iklim, baik dalam hal adaptasi maupun mitigasi.

Namun, sebenarnya banyak faktor yang bisa menyebabkan menurunnya produksi kopi, misalnya sisi produktivitis, aspek lahan, serta aspek konsumsi.

“Memang ada estimasi bahwa sejumlah wilayah di kawasan Nusa Tenggara Timur, termasuk Flores, misalnya, akan jadi lebih kering. Hal ini tidak saja berdampak pada tanaman kopi, melainkan juga pada flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut. Keanekaragaman hayati memang berpotensi terancam oleh perubahan iklim, kalau kita tidak mampu melakukan intervensi dalam bentuk adaptasi dan mitigasi dengan baik,” kata Puji, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN, Jumat (1/10/2021). 

Sementara itu, barista sekaligus pemilik kedai kopi, Viki Rahardja, melihat alasan lain kenapa kopi disebut-sebut akan langka.

Ia menilai, dengan pertumbuhan kedai kopi yang begitu menjamur, suplai dan permintaan jadi tidak seimbang.

Produksi kopi di Indonesia tidak sebanding dengan pertumbuhan coffee shop yang begitu cepat.

Memperingati Hari Kopi Internasional yang jatuh setiap 1 Oktober, dan menjaga agar kopi tidak benar-benar punah, ini saatnya #mudamudibergerak!

Berikut ini lima cara berikut bisa sama-sama kita lakukan:

1. Jalin kolaborasi dengan petani kopi

Puji mengamati, petani kopi di kawasan Flores Manggarai didominasi oleh orang tua.

Masih jarang ada anak muda yang tertarik untuk menjadi petani. Di sinilah diperlukan berbagai dukungan dari para pencinta kopi. 

“Kamu bisa mengadakan pelatihan yang membuat anak muda tertarik untuk jadi petani kopi. Misalnya, workshop untuk jadi barista. Kalau ada yang punya pengetahuan untuk mengolah limbah kopi, kamu bisa bantu mereka agar bisa memanfaatkan limbah. Misalnya, dibuat menjadi bahan sabun atau lulur. Atau, ketika ada yang mengalami kesulitan pemasaran, maka kamu yang ahli dalam bidang tersebut bisa membantu membukakan digital platform,” kata Puji.

Di sisi lain, para pengusaha kopi yang kini semakin banyak juga perlu menerapkan fair trade.

Sering kali pengusaha tidak mementingkan kualitas, melainkan mengutamakan harga murah.

Puji menegaskan, sebetulnya tidak harus membeli dengan harga sangat tinggi, tapi diupayakan agar harganya fair bagi produsen. 

Baca Juga: Hari Kopi Sedunia, Ketahui 6 Kopi Asli Indonesia yang Mendunia 

2. Terlibat dalam kegiatan konservasi

Kopi bukan tanaman yang soliter. Artinya, ia tidak bisa tumbuh sendirian saja.

Tanaman kopi memerlukan tanaman penaung yang fungsinya antara lain untuk menahan angin, juga menjaga tanaman kopi dari sinar matahari dan curah hujan yang tinggi.

Tanaman-tanaman penaung ini perlu ditanam ulang. 

Kalau tidak punya kesempatan untuk menanam bibit secara langsung, Kawan Puan bisa ikut berdonasi dengan cara mengadopsi bibit pohon atau adopsi hutan.

“Berdonasi dan aksi menanam kembali ini sangat penting untuk melindungi lahan perkebunan kopi agar lingkungannya terus terjaga,” terang Puji.  

3. Minum kopi lokal ramah lingkungan

Puji bercerita, kopi merupakan sumber penghasilan terbesar masyarakat Flores Manggarai.

Lebih dari 50% sumber penghidupan mereka berasal dari kopi. Selain itu, karena kebun kopi di sana dikelola  secara agroforest, bukan monokutur, banyak tanaman lain yang tumbuh di lahan mereka  termasuk tanaman penaung kopi sebagai sumber pendapatan.

Karena itu, dengan mengonsumsi kopi lokal berarti kamu membantu kesejahteraan petani.

Saat mereka bisa sejahtera dari kopi, maka mereka tidak akan menjual lahan untuk dialih-fungsikan. kamu pun akan selalu bisa menikmati kopi. 

Viki bercerita, sebetulnya harga kopi lokal justru lebih mahal daripada kopi impor.

Itu berarti, kopi lokal punya posisi yang sangat bergengsi di dunia perkopian Indonesia.

Kopi impor bisa murah karena negara penghasilnya punya stok berlimpah.

Hal ini terjadi karena produktivitas perkebunan yang terbilang baru jauh lebih tinggi daripada perkebunan lama.

Baca Juga: Ternyata Ini 4 Alasan Mengapa sebelum Olahraga Disarankan Minum Kopi

4. Kenali asal kopimu

Puji menyebutkan, konsumen perlu aware terhadap apa yang mereka konsumsi.

Terkait dengan kopi, ia menyarankan agar orang-orang kota juga mengenali dari mana kopi itu berasal, di mana lokasi perkebunannya, kelompok petani mana yang menanamnya, dan siapa nama petaninya.

Ia menilai hal ini menjadi penting agar terbangun connectivity.

Ketika seseorang punya koneksi dengan kopi tertentu, maka ia dengan senang hati ikut mempromosikan, sekaligus mencari cara untuk membantu pengembangannya. 

“Yang lebih seru, konsumen bisa mendapat cerita langsung dari barista soal asal kopi, juga soal karakter dan cita rasanya yang khas. Seandainya kedai kopi itu memakai kopi house blend (campuran sendiri), konsumen bisa bertanya campuran kopinya apa saja. Ketika pengetahuan akan kopi lokal bertambah, kita jadi bangga minum kopi lokal,” kata Viki.  

5. Cicipi berbagai kopi Nusantara

Di Indonesia terdapat banyak sekali daerah perkebunan kopi dan setiap daerah menghasilkan kopi dengan karakter berbeda.

Meski bibitnya sama, karena kelembapan dan kontur tanahnya berbeda, maka karakter kopinya bisa berbeda pula.

Viki mengamati, jarang sekali ada negara yang setiap daerahnya punya kopi.

Tidak seperti Indonesia, yang di setiap pulaunya punya daerah penghasil kopi. 

Viki menyebutkan, penyebutan jenis kopi di Indonesia umumnya berdasarkan daerah perkebunannya.

Misalnya, kopi Kintamani, kopi Malabar, kopi Aceh Gayo, dan kopi Toraja Kalosi.

Padahal, sebenarnya kopi dari suatu pulau itu bermacam-macam.

Selain Kintamani, di Bali ada kopi Mengani.

Baca Juga: Hari Kopi Sedunia, Ini 4 Rekomendasi Masker Wajah dengan Bahan Kopi

Sedangkan di Jawa Barat, selain kopi Malabar, ada kopi Ciwidey, kopi Gunung Puntang, dan kopi Papandayan. 

Bagi pencinta kopi, Viki menyarankan untuk mencoba kopi dalam dalam berbagai cita rasa.

Misalnya, minggu ini kamu sudah mencicipi kopi Flores Manggarai dengan rasa khas chocolaty.

Ketika datang lagi ke kedai kopi, kamu bisa mencoba kopi yang rasanya fruity.

“Bisa dari biji kopi yang berbeda, atau dari biji kopi yang sama tapi diproses dengan cara berbeda. Proses sangrai kopi yang berbeda-beda ini akan menghasilkan cita rasa minuman kopi yang unik,” ujar Viki.  

Sepakat dengan Viki, Puji mengajak kamu untuk minum beragam kopi Nusantara yang enak-enak.

“Kopi Nusantara sangat beragam. Budaya maupun cita rasanya sangat khas. Jadi, mari kita bersama-sama mempertahankannya. Ada banyak cerita di balik secangkir kopi yang kamu minum,” tegasnya.

(*)

Begini 3 Tips Membuat Udon di Rumah yang Mudah, Buat Adonan Mi Sendiri