Tak Boleh Diremehkan, Ini Kata Gina S. Noer Soal Pentingnya Suara Penonton Film Perempuan

Alessandra Langit - Jumat, 24 September 2021
Gina S. Noer berpendapat soal ekosistem film dan penonton perempuan di Indonesia
Gina S. Noer berpendapat soal ekosistem film dan penonton perempuan di Indonesia Instagram @ginasnoer

Dengan perspektif seperti itu, para pekerja film perempuan hanya diikut sertakan untuk mencari relevansi dengan penonton perempuan.

Namun, keputusan mengenai cerita, kesepakatan kreatif, dan produksi tetap dikuasai oleh laki-laki.

Pejabat rumah produksi laki-laki tetap menjadi yang utama dalam mengambil keputusan untuk penonton perempuan.

Maka tidak jarang kita melihat karakter perempuan dalam film yang dibanalkan, dieksploitasi tubuhnya, dan digambarkan tidak bisa melawan atau punya pilihan.

Baca Juga: Film Moxie: Arti Gerakan Women Support Women Sesungguhnya dalam Perjuangan Melawan Sistem Patriarki

Padahal, bagi Gina S. Noer, perempuan hidup di dunia pararel yang kompleks dengan masing-masing cerita dan perspektif.

"Perempuan itu hidup di dunia kompleks. Kita mungkin duduk di sini, tapi di sana ada kisah perempuan yang terpencil, marjinal, dan memiliki banyak hambatan," kata Gina.

Walau terpencil, perempuan tersebut punya suara yang ingin disampaikan dan didengar oleh orang banyak.

Seharusnya, banyak film yang bisa merekam dan mewujudkan gaung suara perempuan dari berbagai latar belakang.

"Salah satu film yang berhasil adalah Yuni karya Kamila Andini yang menang di Toronto International Film Festival," ungkap Gina.

Bagi Gina, kemenangan Yuni adalah tanda bahwa cerita dan suara perempuan yang kompleks memiliki tempat di hati penonton perempuan.

Penonton perempuan Indonesia ingin mengonsumsi angan-angan dan fantasi terus menerus.

Baca Juga: Film Yuni Karya Kamila Andini Menangkan Platform Prize di TIFF 2021

Kita tentu juga ingin melihat realita yang benar-benar relevan dan mendengar suara yang selama ini dibungkam oleh media lainnya.

Gina S. Noer berharap semakin berkembangnya industri film di Indonesia dan partisipasi perempuan, maka semakin banyak suara perempuan yang didengarkan dalam bentuk film. (*)

Sumber: Sundance Film Festival Asia
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara