Panduan Konsumsi Makanan Sehat sesuai Fase Menstruasi, Menurut Dokter

Ericha Fernanda - Selasa, 21 September 2021
Rekomendasi makanan selama fase siklus menstruasi
Rekomendasi makanan selama fase siklus menstruasi monticelllo

Parapuan.co - Siklus menstruasi setiap perempuan berbeda-beda dan sering berubah, namun ada hal yang pasti yaitu empat fase utama siklus menstruasi.

Fase siklus menstruasi ini adalah sistem pada reproduksi perempuan yang melibatkan hormon-hormon tertentu, seperti estrogen, progesteron, testosteron, dan lain-lain.

Mendukung kinerja hormon sangat diperlukan untuk kesehatan reproduksi kamu sendiri, termasuk olahraga dan makanan yang kamu konsumsi.

Baca Juga: 5 Nutrisi yang Dibutuhkan untuk Meningkatkan Jumlah Sel Darah Merah

Dokter Bindiya Gandhi, MD, dokter spesialis kedokteran keluarga di Georgia Regents University/Medical College of Georgia menjelaskan panduan konsumsi makanan terbaik untuk mendukung masing-masing fase siklus menstruasi 

Fase Folikuler

Mengutip Mindbodygreen, selama fase folikuler atau pra-ovulasi, estrogen dan testosteron mulai meningkat dan mencapai puncaknya.

Otak akan mulai memproduksi hormon perangsang folikel (FSH), yang memberi tahu ovarium untuk bersiap melepaskan sel telur.

Akhirnya, satu folikel (kantung berisi cairan berisi telur) menjadi lebih dominan dan akan menghasilkan kadar estrogen saat tumbuh.

Panduan : Direkomendasikan mengonsumsi protein dan biji-bijian (serat) dan makanan bergizi ramah usus.

Makanan bergizi ramah usus dan menghidrasi lainnya seperti seledri, asparagus, brokoli, dan mentimun akan lebih mendukung mikrobioma kamu, serta menjaga peradangan tetap rendah.

Fase Ovulasi 

Selama ovulasi, telur dilepaskan dan melakukan perjalanan melalui tuba falopi ke ovarium di mana ia berpotensi dibuahi.

Potensi hamil lebih tinggi pada fase ovulasi, ini juga mengapa kamu mungkin merasa sangat terangsang karena estrogen dan testosteron memuncak selama waktu ini.

Panduan : Mengonsumsi lemak sehat yang kaya akan omega-3, seperti alpukat, biji chia, kenari, salmon, dan telur selama waktu ini.

Selain itu, makanan atau suplemen kaya seng mencakup kacang-kacangan dan biji-bijian untuk mendukung progesteron.

Baca Juga: Sambut Hari Palang Merah Nasional, Ini 5 Makanan Kaya Vitamin B12

Fase Luteal

Selama fase luteal atau masa setelah ovulasi, kelenjar pituitari melepaskan hormon luteinizing, mulai dari tingkat rendah dan terus meningkat seiring lebih banyak dilepaskan.

Saat mencapai puncaknya, ini memberi sinyal pada ovarium untuk melepaskan sel telur. Seperti disebutkan, telur dikelilingi oleh kantung berisi cairan atau folikel, yang pecah saat telur dilepaskan, membangun apa yang disebut korpus luteum.

Korpus luteum kemudian rusak dan melepaskan progesteron. Hormon ini membantu menebalkan lapisan rahim sehingga siap untuk implantasi.

Panduan : Mengonsumsi makanan anti-inflamasi dan kaya antioksidan seperti kecambah brokoli, kembang kol ungu, paprika manis, bayam, dan wortel beserta kulitnya untuk melawan radikal bebas.

Selain itu, biji wijen juga mendukung direkomendasikan karena mengandung lignan dan asam lemak esensial yang mendukung hormon yang ada selama fase luteal.

Fase Menstruasi

Hari pertama siklus dimulai pada hari kamu mulai menstruasi. Saat menstruasi, hormon estrogen dan progesteron menurun.

Darah dan jaringan dari lapisan rahim juga ikut meluruh selama fase ini, sehingga tubuh dan hormon mengalami fluktuasi drastis dan menyebabkan kelelahan atau sakit perut bagian bawah.

Panduan : Saat kadar zat besi mulai turun, kamu harus fokus untuk memulihkan mineral tersebut. Konsumsi sayuran berdaun gelap, bit, kacang-kacangan, daging merah, makanan laut, dan suplemen zat besi.

Pasangkan makanan kaya zat besi dengan vitamin C agar lebih efektif dan menambah energi kamu saat menstruasi.

Selain itu, konsumsi makanan kaya seng, termasuk produk susu, biji-bijian, atau telur karena dapat mendukung produksi estrogendan hormon lainnya.

Baca Juga: Ginekolog: Nanas Aman Dikonsumsi Selama Kehamilan, Ini Manfaatnya

 

Sumber: mindbodygreen.com
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara