Penting! Hindari 3 Komentar Ini Saat Seseorang Cerita Ingin Bunuh Diri

Ericha Fernanda - Jumat, 10 September 2021
Ungkapan yang harus dihindari saat seseorang bercerita ingin bunuh diri
Ungkapan yang harus dihindari saat seseorang bercerita ingin bunuh diri Yagi-Studio

Parapuan.co - Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia diperingati setiap tanggan 10 September setiap tahunnya yang bertujuan untuk mengingatkan bahwa kita tidak sendirian.

Namun, meski tahu dirinya tidak sendiri, seseorang yang memiliki niat ingin bunuh diri mungkin saja sulit bercerita terkait masalah-masalahnya dengan orang lain. Mengapa?

Jika Kawan Puan dipercaya menjadi seorang pendengar, kamu perlu tahu bahwa ada ungkapan atau kalimat yang harus dihindari saat orang cerita tentang bunuh diri.

Sering kali respons dukungan yang mereka harapkan pada kenyataannya berubah menjadi tindakan menghakimi yang justru mendorong mereka untuk membulatkan tekad bunuh diri.

Oleh karena itu, menawarkan dukungan dan menolong mereka dari perilaku mengakhiri hidup adalah tindakan yang bijaksana agar mereka yakin bahwa orang di sekitanya mendukung.

Baca Juga: Ini 5 Tips Mengatasi Coronasomnia, Kesulitan Tidur Akibat Stres

Reynitta Poerwito, seorang psikolog klinis di Eka Hospital BSD menjelaskan seperti apa ungkapan dan kalimat yang harus dihindari saat orang cerita ingin bunuh diri.

"Ungkapan ini sebenarnya bukan hanya dihindari untuk orang bunuh diri, melainkan orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) juga," kata Reynitta kepada PARAPUAN, Jum'at (9/10/2021).

1. Jangan Menolak Emosinya

"Hindari menolak emosi, perasaan, dan reaksi mereka dengan reaksi yang meremehkan atau tidak menganggap serius," ujar Reynitta.

Reynitta menambahkan, hindari ungkapan seperti, "Ah, orang cuma gitu, aku juga kayak gini kok, orang tuaku juga galak tapi tidak ada keinginan untuk bunuh diri."

Atau kalimat, "Santai-santai saja, kamu seharusnya lebih fleksibel deh."

Reynitta menyarankan, untuk tidak memberikan reaksi membandingkan atau menyepelekan jika ada seseorang yang meyatakan perasaannya ingin bunuh diri.

2. Sok Tahu tentang Perasaannya

"Walaupun ini kata-kata yang baik, tetapi hindari untuk mengatakan 'I know how you feel' (aku tahu apa yang kamu rasakan, red.)," kata Reynitta.

Menurutnya, pernyataan seperti 'Aku tahu bagaimana perasaanmu' tidak relevan jika kita belum pernah ada di posisi yang sama persis.

Kita hanya sok tahu, padahal kita tidak tahu apa yang benar-benar mereka rasakan selama ini dan kita justru menyakiti perasaannya.

Baca Juga: Fenomena First Night Effect, Mengapa Kita Kesulitan Tidur di Tempat Baru?

 

3. Dibuat Bahan Bercanda

Saat orang bercerita tentang keinginannya untuk bunuh diri, kita tidak boleh menganggap ceritanya itu tidak serius atau lelucon.

Reynitta mewanti-wanti agar kita tidak menyampaikan respons seperti, "Kayak di film-film saja kamu pengen bunuh diri, serem banget ngomongnya."

"Walaupun keinginan kita membuat suasana cair atau berniat baik, tetapi penyampaiannya salah ke orang yang depresi," kata Reynitta.

Reynitta mengibaratkan, kacamata orang depresi itu bagaikan kacamata berwarna yang berarti melihat sesuatu dengan sudut pandang yang negatif. 

Menawarkan Bantuan

"Menawarkan bantuan lebih baik daripada kita mengomentari dan menilai dengan reaksi yang tidak sesuai," saran Reynitta.

Reynitta menjelaskan, sebagai seseorang yang dipercaya untuk mendengarkan ceritanya, seharusnya kita menawarkan bantuan dengan mengatakan, "Aku bisa bantu apa?"

Atau pertanyaan, "Kamu perlu bantuan apa?" karena ini akan lebih bermanfaat daripada memberikan reaksi negatif yang justru menyudutkan mereka.

Selain itu, usahakan untuk tidak memberikan respons dengan mengatakan, "Bunuh diri adalah tindakan dosa besar yang dilarang dalam agama dan kitab suci."

Mengapa?

Baca Juga: Mengenal Coronasomnia, Gangguan Tidur Akibat Stres selama Pandemi Covid-19

"Memang dalam agama bunuh diri dilarang, tetapi jangan sampai niat yang baik itu dipersepsikan jadi negatif oleh mereka," tamahnya.

Alasannya, saat ini seseorang yang ingin bunuh diri sedang dalam mode tidak bisa menilai sesuatu dengan apa adanya karena akal sehatnya belum stabil.

"Daripada kita salah ngomong, respons paling general yang bisa diucapkan adalah tawarkan bantuan," kata Reynitta.

Jadi, menawarkan bantuan adalah lebih baik untuk bereaksi ketika seseorang yang mempercayai kita menyampaikan keingian untuk mengakhiri hidup ya, Kawan Puan.

 

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Kawan Puan memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Kawan Puan tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Kawan Puan untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Kawan Puan bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/.

(*) 

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda

Kenali Night Anxiety yang Viral di TikTok dan Cara Mengatasinya