Kekerasan pada Perempuan Secara Verbal Lebih Berbahaya Dibanding Fisik, Mengapa?

Ratu Monita - Minggu, 5 September 2021
Kekerasan pada perempuan jenis verbal lebih berbahaya dibanding fisik.
Kekerasan pada perempuan jenis verbal lebih berbahaya dibanding fisik. RUSSELLTATEdotCOM

Parapuan.co - Umumnya kasus kekerasan pada perempuan yang banyak menjadi sorotan merupakan jenis kekerasan non verbal atau fisik.

Padahal, jenis kekerasan pada perempuan yang sebenarnya banyak dialami para kaum hawa adalah kekerasan secara verbal.

Namun sayangnya, kekerasan pada perempuan jenis verbal ini kerap dianggap sepele atau bahkan sebagian dari kita tidak menyadarinya.

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan juga Dialami Laki-Laki, Ini Cara Menyelamatkan Korban

Kekerasasan jenis verbal yang umum dialami kebanyakan orang berupa tindakan mengejek dan abusif.

Mirisnya, tindakan kekerasan verbal ini justru didapatkan dari teman, pasangan, atau bahkan keluarga terdekat. 

Sebagian pelaku juga terkadang tidak menyadari bahwa ucapan yang ia sampaikan ke orang lain merupakan salah satu bentuk kekerasan verbal. 

Jenis kekerasan verbal ini layaknya tusukan mematikan yang tanpa disadari pelaku dapat menimbulkan dampak buruk yang serius bagi korban.

Ya, luka dari kekerasan verbal ini memang tidak terlihat secara nyata, namun dapat memengaruhi kondisi psikologis korban. 

Dilansir dari laman Brightside, berikut fakta mengapa kekerasan verbal lebih berbahaya dibandingkan fisik.

Dapat memberikan bekas luka seumur hidup

Kendati korban dari kekerasan verbal memang tidak mengalami cidera secara fisik, pada dasarnya ia mengalami luka secara emosional.

Rasa sakit yang dirasakan setelah mengalami kekerasan ini pun nyata dan akan sulit untuk dilupakan begitu saja.

Alih-alih dapat melupakan, seiring berjalannya waktu justru dapat menimbulkan trauma tersendiri bagi korban. 

Hal ini pun terbukti dalam sebuah penelitian yang menyatakan bahwa luka emosional akibat kekerasan verbal dapat terus menghantui sepanjang hidup para korbannya. 

Baca Juga: Angkat Isu Kekerasan Seksual, Wregas Bhanuteja Ungkap Proses Kreatif Film Penyalin Cahaya

Menimbulkan masalah mental

Tak hanya melukai korban secara emosional, lebih parahnya kekerasan verbal ini juga dapat berdampak buruk pada kondisi mental seseorang. 

Kekerasan verbal yang dialami korban secara tidak langsung telah merusak harga diri seseorang.

Secara perlahan, korban kekerasan akan merasa kehilangan harga dirinya dan cenderung merasa dirinya tidak lagi berharga.

Tidak ada support system yang memahami

Saat mengalami luka fisik, orang-orang di sekitar tentu saja akan memberikan simpatinya untuk menolong dan memberikan dukungan.

Namun, sayangnya hal tersebut tidak terjadi saat seseorang mengalami kekerasan verbal.

Mengingat bentuk kekerasan yang dialami tidak memberikan luka secara fisik, membuat orang terdekat seperti teman dan keluarga tidak mengetahui atau tidak menyadarinya.

Bahkan penelitian menunjukkan kebanyakan orang dapat bersimpati pada rasa sakit fisik orang lain, namun tidak pada penderitaan emosionalnya.

Baca Juga: Kata Pakar soal Pentingnya Peran Laki-Laki dalam Memberantas Kekerasan Seksual

Korban dapat berubah menjadi pelaku kekerasan di masa depan

Dampak terburuk dari kekerasan verbal ini adalah saat korban kekerasan berubah menjadi pelaku di masa depan. 

Melakukan tindakan mengejek dan abusif pada orang lain menjadi korban untuk melampiaskan apa yang sudah ia alami di masa lalu. 

(*)

 

Sumber: Bright Side
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati