Parapuan.co - Datangnya Belanda ke Indonesia menyebabkan terjadinya pertukaran budaya.
Salah satu hasilnya adalah rijsttafel, yakni sebuah konsep dalam menghidangkan makanan.
Rijsttafel sendiri merupakan penyajian makanan Indonesia yang dibalut dengan gaya Eropa.
Baca Juga: Waspadai 6 Dampak Buruk Saat Terlalu Banyak Makan Daging
Kata rijsttaffel sendiri memiliki arti 'meja nasi'.
Untuk penyajian makanan, lauk pauk disajikan dalam piring kecil di atas meja.
Tak lupa dengan nasi, sambal, acar, dan kerupuknya.
Ternyata, konsep ini diadaptasi Belanda dari penyajian di rumah makan Padang.
Seperti apa kira-kira ya, Kawan Puan?
Akulturasi Dua Budaya
Datangnya Belanda ke Indonesia menyebabkan adanya perkawinan campur antara orang Belanda dan pribumi, sebagaimana dilansir dari National Geographic.
Secara tidak langsung, ada peleburan budaya yang terjadi antara dua pihak.
Lambat laun, menyantap hidangan lokal pun menjadi kebiasaan lumrah.
Ditambah lagi, makanan Indonesia yang kaya akan bumbu dan rempah merupakan hal yang sangat menarik bangsa Eropa.
Baca Juga: Tingkatkan Mood dan Semangat Secara Instan, Konsumsi 5 Makanan Ini
Menurut Fadly Rahman dalam Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial, disebutkan bahwa makanan tersebut diperkenalkan ke Hindia, terutama sejak akhir abad ke-19 di mana perempuan Eropa mulai datang ke Indonesia saat itu.
Selain itu, rijsttafel juga disebutkan dalam buku Gids voor Reizigers yang mengatakan bahwa rijstaffel popular di kalangan status sosial tinggi.
Menurut Onghokham dalam buku Runtuhnya Hindia Belanda, konsep rijsttafel ternyata sama dengan konsep makan keraton di Jawa.
Rijcklofs van Goens, duta VOC heran saat melihat banyaknya jenis makanan yang disajikan saat ia datang ke Mataram di tahun 1656.
Tak berbeda dengan Budaya Indis lainnya, rijsttafel hadir dari kalangan Indo yang memiliki keturunan Belanda-Pribumi.
Rahman mengatakan bahwa pengaruh ibu pribumi dalam konsep ini begitu kuat, disertai dengan kemampuan khusus pada selera makanan setempat.
Agar terlihat mewah dalam pandangan Eropa, orang Belanda menambahkan peranti bergaya Barat seperti sendok dan garpu.
Penggunaan ini lumrah bagi orang Belanda demi status mereka, apalagi jika berbahan perak.
Dibuat Untuk Majukan Pariwisata Hindia
Hidangan rijsttafel pun dikemas sedemikian rupa agar sesuai dengan Moii Indie atau Hindia Jelita, konsep pariwisata Hindia.
Pada tahun 1920-an, kamu pun akan menemui hidangan rijstaffel di berbagai hotel seperti Hotel des Indes di Batavia dan Hotel Savoy Homann di Bandung.
Piranti sendok dan garpi, piring terpisah untuk acar dan sambal merupakan cara penyajian hidangan tradisional Indonesia dengan gaya Belanda.
Baca Juga: Jangan Sampai Tertukar, Ini Perbedaan Antara Jalangkote dan Pastel
Para pelayan hotel yang sebagian besar pribumi pun diberi pelatihan agar terlihat rapi.
Dalam rijsttafel, makanan Tionghoa, Timur Tengah, dan India seperti gulai atau kari pun juga disajikan dengan penyesuaian bahan.
Pada tahun 1942, budaya Indis pun meredup seiring dengan Invasi Jepang.
Hal ini mengakibatkan hotel-hotel yang menghidangkan makanan dengan cara rijsttafel berhenti beroperasi.
(*)