Mau Investasi Mata Uang Kripto? Ini 6 Hal yang Perlu Kamu Hindari

Arintha Widya - Kamis, 15 Juli 2021
Hal yang perlu dihindari dalam berinvestasi
Hal yang perlu dihindari dalam berinvestasi Photo by Markus Winkler on Unsplash

Parapuan.co - Minat masyarakat untuk berinvestasi, terutama pada cryptocurrency dan saham disebut mengalami peningkatan.

Hal itu disampaikan oleh Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) dalam sebuah press rilis yang diterima PARAPUAN akhir Juni 2021.

ABI menyebutkan soal peningkatan minat investasi Bitcoin dalam masyarakat, di mana jumlah investor di tahun 2021 tercatat sebanyak 4,2 juta.

Angka tersebut bertambah dua kali lipat lebih dari tahun 2020, ketika jumlah investor di Indonesia hanya sekitar 1,5 juta.

Menariknya, sebagian besar investor yang menunjukkan ketertarikan pada investasi cryptocurrency dan saham adalah generasi milenial dan gen Z.

"Seiring dengan perkembangan ekosistem cryptocurrency, ABI berharap literasi masyarakat Indonesia mengenai cryptocurrency dan trading dapat meningkat," kata Oham Dunggio, Chairman ABI.

Oleh karenanya, ia berharap dapat memberikan edukasi terhadap masyarakat mengenai apa-apa yang perlu dihindari dalam berinvestasi.

Sebab, investor sebaiknya tidak mengedepankan emosi dalam berinvestasi dengan menghindari enam hal ini:

Baca Juga: Investasi Emas dan Properti di Masa Pandemi, Mana yang Lebih Baik?

1. Terlalu percaya diri

Seseorang sebaiknya tidak terlalu percaya diri dalam berinvestasi karena kemampuan atau pengetahuan yang ia miliki.

Kepercayaan diri tidak terjamin, karena umumnya hanya berdasarkan intuisi, penilaian, dan kemampuan kognitif individu itu sendiri.

Risikonya seseorang akan lebih sulit menerima informasi lain, atau memikirkan untuk manajemen risiko investasinya.

2. Disonansi kognitif

Disonansi kognitif ialah perasaan tidak nyaman yang muncul karena adanya informasi baru, yang berbeda dengan pemahaman awal yang ia miliki.

Sehingga, seseorang menghadapi rasa tidak nyaman dengan penolakan, atau bisa juga dikenal dengan denial.

Risikonya, penilaian terhadap suatu investasi yang dilakukan tidak apa adanya karena psikologis penolakan ini.

3. Ilusi kontrol

Ilusi kontrol merujuk pada keyakinan akan keberhasilan suatu investasi yang dipilih oleh seseorang dikarenakan keyakinan mereka terhadap diri.

Baca Juga: Cenderung Stabil, Ini Keuntungan dari Investasi pada 4 Mata Uang

Hal itu dianggap bisa mengontrol atau mempengaruhi hasil investasi, meski pada kenyataannya tidak benar.

Sehingga jadi seperti gambling, karena kepercayaan terhadap suatu investasi yang dilakukan bukan dari pengetahuan atau perhitungan, melainkan kepercayaan terhadap nasib.

4. Enggan merugi

Ini adalah kondisi saat seorang investor atau trader memiliki ketakutan akan loss atau merugi lebih tinggi dari keinginannya untuk profit.

Bias ini membuat individu menjadi gegabah dalam mengambil keputusan karena hanya mengedepankan panik dan rasa takut.

5. Tak mau menyesal

Sering kali, ada perasaan takut merasa menyesal atas pengambilan suatu keputusan investasi.

Umumnya bias ini dialami oleh trader di mana setelah ia menjual ternyata harga aset masih naik lagi.

Atau setelah seorang investor membeli suatu aset, nilainya malah turun.

Salah satu risiko jika mengalami bias ini adalah, seorang trader bisa saja menahan suatu aset yang ternyata memang tidak bernilai hanya karena takut menyesal.

6. Enggan berubah

Enggan berubah merujuk pada investor yang memilih suatu investasi hanya karena sudah kenal dan nyaman, tanpa melihat tujuan atau risiko keuangan lebih jauh.

Umumnya bias ini membuat investasi tidak berkembang dengan maksimal atau bahkan sulit berkembang.

Hal itu disebabkan karena investor enggan terhadap perubahan, dan merasa ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahuinya.

Baca Juga: Selain Emas, Ini 3 Jenis Investasi yang Bikin Uang Berlipat Ganda

Jadi, Kawan Puan perlu menghilangkan sikap dan perasaan seperti di atas jika ingin atau sedang berinvestasi. (*)