Micelle Halim Kecewa Model VS Angels Tak Ramping, Ini Alasan Victoria’s Secret Mengubah Konsep Bisnisnya

Citra Narada Putri - Minggu, 11 Juli 2021
Menghadirkan citra diri yang lebih inklusif, Victoria Secret ganti modelnya.
Menghadirkan citra diri yang lebih inklusif, Victoria Secret ganti modelnya. Mike Segar

Parapuan.co – Seorang inluencer kecantikan, Micelle Halim, tengah heboh diserang netizen karena opininya yang menganggap bahwa kampanye body positivity yang dicanang oleh Victoria’s Secret mengecewakan.

Dalam unggahannya di Instagram Story (10/7/2021) melalui akun @micellehalim, ia menyampaikan kekecewaannya karena Victoria’s Secret (VS) melakukan rebranding yang tak lagi menampilkan The Angels dengan tubuh yang ramping.

Memang, sejak pertengahan Juni lalu, Victoria’s Secret telah berkomitmen untuk mengganti sejumlah supermodel-nya dengan tujuh figur aktivis, atlet, hingga model plus size yang dianggap lebih representatif terhadap konsep kecantikan yang nyata.

Mulai dari Priyanka Chopra, Megan Rapinoe, Amanda de Cadenet, hingga Paloma Elesser, yang mana mereka disebut sebagai VS Collective.

Tujuh figur aktivis, atlet dan model plus size yang tergabung dalam VS Collective.
Tujuh figur aktivis, atlet dan model plus size yang tergabung dalam VS Collective. Instagram @victoriassecret

Baca Juga: Micelle Halim Tuai Kontroversi Usai Kritik Kampanye Body Positivity

Selain itu, perusahaan juga memperkenalkan tim eksekutif dan dewan direksi yang didominasi perempuan.

Maklum saja selama ini, jajaran petinggi di dalamnya lebih banyak diisi oleh laki-laki, sehingga tak heran jika produk-produk VS dianggap sebagai male pleaser atau pemuas laki-laki.

Victoria’s Secret sendiri telah jadi sasaran kritik karena kerap mengobjektifikasi perempuan dan melanggengkan stereotip seksis selama 40 tahun terakhir.

Bahkan L Brands, perusahaan induk Victoria’s Secret, masuk dalam daftar perusahaan retail dengan tingkat inklusivitas dan pemberdayaan perempuan terendah, menurut Gender Benchmark Index 2021, yang dirilis pada 29 Juni lalu.

L Brands hanya mendapatkan poin 17 dari total 100.  

Seperti yang banyak dari kita tahu, bahwa lingerie atau bikini yang kerap dipamerkan oleh Victoria’s Secret umumnya hanya diperuntukkan untuk perempuan-perempuan bertubuh ramping.

Ironisnya lagi, melansir dari Insider, Victoria’s Secret tak punya bra dengan ukuran di atas cup D.

Ini pun menjadikan VS dianggap tak lagi relevan dengan zaman yang menuntut keberagaman.

Hal ini diakui sendiri oleh Martin Waters, Chief Brand Executive Victoria Secret seperti mengutip The Sunday Times.

“Ketika dunia berubah, kami terlalu terlambat untuk merespon,” ujar Martin.

Di sisi lain, Victoria’s Secret juga terus merugi.

Baca Juga: Ingin Lebih Inklusif, Victoria's Secret Ganti Sejumlah Supermodel, Siapa Mereka?

Seperti melansir dari Northeastern News, mereka mengalami penurunan penjualan dan kehilangan pangsa pasarnya setidaknya selama tiga tahun terakhir, bahkan sebelum pandemi Covid-19 datang.

Pendapatan operasional VS di tahun 2019 hanya sebesar 1,231 milyar dollar AS, turun dari 1,437 milyar dollar AS pada tahun sebelumnya.

Hal ini dikarenakan penggunaan model-model The Angel yang dinilai hiperseksual dan kurangnya representatif ukuran plus size yang tak lagi relevan di era #MeToo.

Pada akhirnya VS tak jadi pilihan bagi banyak perempuan yang merasa tak terwakili oleh produk-produk yang dijualnya.

Tak heran jika kepopuleran brand lingerie asal Amerika Serikat ini juga mulai tergerserkan dengan kehadiran Savage x Fenty milik Rihanna yang mengusung konsep model yang lebih inklusif.

Savage X Fenty hadir dengan produk-produk yang lebih variatif untuk berbagai bentuk tubuh dan ukuran.

Savage X Fenty milik Rihanna berhasil menyusul kepopuleran Victoria's Secret karena mengusung konsep model yang inklusif.
Savage X Fenty milik Rihanna berhasil menyusul kepopuleran Victoria's Secret karena mengusung konsep model yang inklusif. Instagram @savagexfenty

Begitu juga dengan pesaingnya yang lain, Aerie yang justru mengalami peningkatan penjualan dengan menampilkan pesan-pesan citra tubuh positif dan ketersediaan berbagai macam ukuran.

Bahkan menariknya, Aerie juga memilih perempuan dengan disabilitas sebagai brand ambassador-nya, sebagai bentuk keseriusannya menjadi perusahaan pakaian yang inklusif.

Aerie memilih perempuan dengan disabilitas sebagai brand ambassadornya.
Aerie memilih perempuan dengan disabilitas sebagai brand ambassadornya. Instagram @aerie

Transformasi baru yang dilakukan Victoria’s Secret ini memang menuai pro dan kontra.

Namun di tengah dunia yang mulai menuntut keberagaman, rasanya penting untuk Victoria’s Secret untuk lebih relevan dengan calon konsumennya jika ingin bertahan di industri fashion yang kian inklusif.

Baca Juga: Sosok 7 Perempuan Berprestasi yang Jadi Wajah Baru Victoria's Secret

Seperti kata seorang konsultan merek kecantikan, Melissa Hibbert yang mengatakan pada NBC News, “Jika mereka (Victoria’s Secret) benar-benar ingin brand-nya bertahan dan tidak kehilangan ekuitas, mereka harus memiliki wajah baru yang bisa mencerminkan dunia,”.

Hal ini juga diamini oleh profesor pemasaran Yakov Bart, yang mengatakan bahwa gerakan yang dilakukan oleh Victoria’s Secret memang terlambat.

“Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” ujarnya.

“Namun masalahnya, bagaimana (cara) mereka mendapatkan kepercayaan konsumen dengan membuat perubahan yang nyata dan nilai-nilai baru, bukan sekadar hiasan,” tambahnya lagi seperti melansir Northeastern News.

Bart pun juga berharap bahwa perubahan ini jadi permulaan untuk membuka mata masyarakat pada standar kecantikan ideal yang sebenarnya.(*)

Sumber: The Sunday Times,NBC News,northeastern.edu
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri

BERITA TERPOPULER FASHION & BEAUTY: Lip Cream Tahan Lama hingga Rekomendasi Jelly Shoes