Industri Busana Muslim Kian Kompetitif, Ini Cerita Brand Kami. Berhasil Tembus Pasar Malaysia

Ratu Monita - Minggu, 11 Juli 2021
Istafiana Candarini, sosok dibalik brand fashion muslim lokal yang tembus pasar Malaysia
Istafiana Candarini, sosok dibalik brand fashion muslim lokal yang tembus pasar Malaysia @afinacandarini / Dok Instagram

Awal Perjalanan Memulai Bisnis

Berawal dari keresahan industri fashion busana muslim yang kurang fashionable ditambah tren modest wear yang sedang berkembang, mengilhami Irin dan dua rekan bisnisnya tersebut untuk memulai usaha.

Kami. awalnya tak langsung memproduksi busana muslim.

Irin yang menyukai hal-hal berbau crafting awalnya berinisiatif untuk membuat produk pertama Kami. berupa signature necklace.

Melihat dalam proses produksi menggunakan banyak bahan kaos, kemudian ia terpikir untuk menjadikannya sebagai scarf panjang namun dengan motif tie dye.

"Saat itu hanya tie dye yang memungkinkan bagi kita, karena untuk print tentu membutuhkan modal besar, sementara saat itu modal yang kita punya sedikit," jelasnya. 

Seiring berjalan waktu, scarf yang dibuatnya pun semakin banyak diburu masyarakat.

Tak lama berselang, beberapa pembeli pun menyarankan untuk membuat scarf menjadi ukuran kerudung. 

Baca Juga: Tren Body Positivity Meningkat, Ini Pengaruhnya Pada Perkembangan Industri Fashion Plus Size

Bagi Kami. inspirasi koleksi bisa dari mana saja, seperti kisah hidup seseorang, alam, hingga perjalanan ke berbagai tempat.
Bagi Kami. inspirasi koleksi bisa dari mana saja, seperti kisah hidup seseorang, alam, hingga perjalanan ke berbagai tempat. JANED KHARISMA/Kami.

Melihat banyaknya permintaan tersebut Irin bersama teman dan adiknya pun merasa tertantang untuk mencobanya.

Siapa sangka, rilisnya kerudung tersebut ternyata menjadikan nama Kami. mulai dikenal masyarakat dan momen tersebut pun berbarengan dengan ramainya tren hijabers community. 

"Saat itu hijabers community lagi heboh dan banyak customer kita dari kalangan mereka, kemudian kita pun mulai sering ikut acara mereka dan mulai banyak ditanyain," ungkapnya.

Hal yang menjadi rintangan saat awal membangun Kami. menurut Irin saat itu adalah cara mempertahankan kualitas bahan yang digunakan dengan modal terbatas. 

"Mungkin kalau modalnya besar, kita bisa langsung ke pabrik beli bahan dengan kualitas sama dalam jumlah besar, namun sayangnya enggak," tuturnya.

Sehingga hal yang mereka lakukan adalah dengan membeli bahan yang memiliki kualitas sama dalam jumlah sedikit-sedikit ke pasar kain, hal inilah yang diakuinya sulit.

Diakui Irin, di tahun kedua Kami. berdiri, mereka sempat mencari pabrik dengan kualitas yang sama.

Namun sayangnya saat itu orientasi pabrik masih ke arah ekspor dan brand lokal belum menjadi hal yang menarik mereka. 

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri