Ini 5 Cara Ajarkan Anak Berjiwa Besar dengan Belajar dari Kegagalan

Ericha Fernanda - Rabu, 23 Juni 2021
Cara mengajarkan anak belajar dari kegagalan.
Cara mengajarkan anak belajar dari kegagalan. freepik

Parapuan.co - Kegagalan sering dikaitkan dengan ketidakmampuan seseorang untuk mencapai tujuan atau kurangnya rasa percaya diri untuk bekerja lebih keras.

Terlebih bagi anak-anak, menerima kegagalan adalah saat yang menegangkan, tidak mudah dilakukan, dan rentan terhadap emosi.

Padahal, dengan belajar dari kegagalan itu adalah salah satu cara Kawan Puan mengajarkan anakmu untuk berjiwa besar. 

Pasalnya, perasaan putus asa, frustrasi, dan sedih, berpotensi terhadap ketidakmampuan untuk memulai usaha dari awal lagi.

Baca Juga: Agar Anak Punya Harga Diri yang Tinggi, Berikut Tips Parenting yang Bisa Kawan Puan Coba

Sebagai orang tua, saat anak-anak mengalami kegagalan, kita juga merasakan cemas dan panik.

Namun, belajar dari pengalaman sebelumnya, kita berkewajiban untuk melindungi jiwa dan mentalnya agar tanggung saat menghadapi kegagalan.

Jadikan ini sebagai kesempatan untuk mengajarkan mereka bahwa kegagalan adalah bagian dari proses, dan juga tiap orang memiliki proses yang berbeda-beda.

Melansir The Indian Express, psikolog konseling di Aditya Birla World Academy, India, Delnaz Delina, memberi cara mengajarkan anak-anak agar berani menerima dan belajar dari kegagalan.

Apa saja caranya?

1. Terbiasa mengatasi kegagalan kecil

Ajari anak-anak untuk mengatasi kegagalan kecil daripada mengabaikannya.

Sikap ini membantu membangun ketahanan dan memungkinkan anak-anak mengubah kekecewaan menjadi pencapaian.

Misalnya, ketika mereka tidak menemukan pewarna yang pas untuk hasil lukisannya dan ingin berhenti melukis.

Sampaikanlah alternatif untuk mencampur 2-3 warna. Dengan begitu, anak akan menemukan sendiri warna yang disukai.

Baca Juga: Menurut Psikolog, Ini Kiat Membesarkan Anak Tangguh dan Sukses

2. Membiarkan anak menghadapi konsekuensi

Berhenti menjadi tameng anak-anak di hadapan gurunya dengan memberikan alasan-alasan, sekalipun itu alasan yang logis.

Misalnya, jika anak-anak tidak menyerahkan pekerjaan rumah tepat waktu, jangan mengambil sikap atau membela mereka, melainkan biarkan mereka menghadapi konsekuensinya.

Membiarkan anak-anak menghadapi situasi sulit seperti itu memberi mereka kendali atas keputusan dan tindakan mereka sendiri.

Baca Juga: 7 Tips Mengasuh Anak agar Kuat Mental, Perlu Tahu Kapan Bilang Tidak!

3. Ajarkan untuk tumbuh dan belajar saat alami kegagalan

Bantu anak-anak untuk melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar.

Kegagalan adalah sebuah proses, proses mengevaluasi dan menerima bahwa kita perlu gagal untuk menggapai impian yang lebih maju.

Bicaralah dengan anak-anak tentang kesalahan mereka dan bantu menemukan cara untuk melakukannya secara berbeda, sehingga mereka mengembangkan mindset berkembang.

4. Ajarkan untuk mengelola emosi

Jangan paksakan mereka untuk bersabar atau bersyukur saat alami kegagalan.

Beri waktu mereka untuk bersedih dan menyendiri, bahwa tidak apa-apa untuk merasakan emosi yang tidak menyenangkan dan negatif yang datang dengan kegagalan.

Satu-satunya hal yang perlu mereka lakukan setelah berhasil mengelola emosi adalah bangkit kembali dan menghadapi tantangan.

Sehingga mereka tidak mudah menyerah pada saat kesulitan.

Baca Juga: Jangan Khawatir Jika Anakmu Pemalu, Lakukan Hal Ini untuk Mengatasinya

5. Berikan perhatian dan pujian di setiap prosesnya

Sebagai orang tua, penting juga untuk mengakui dan memuji upaya anak-anak dalam menyelesaikan tugas tertentu.

Ini akan mengarah pada pemberdayaan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka dengan cara yang benar.

Misalnya, beri tahu anak-anak dengan cara bilang, 'Ayah dan Ibu bangga dengan upaya yang kamu lakukan untuk memberikan yang terbaik'.

Penting untuk menghindari pujian palsu yang berlebihan ketika anak belum melakukan apa-apa.

Ini dapat menyebabkan rasa percaya diri yang berlebihan.

Jadi, menumbuhkembangkan anak yang memiliki keberanian untuk belajar dari kegagalan perlu dukungan dan ajaran dari orang tua juga. (*)

Sumber: The Indian Express
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda