Mengenal Perilaku Mansplaining yang Bisa Menghambat Karier Perempuan

Arintha Widya - Selasa, 1 Juni 2021
Ilustrasi perempuan semangat bekerja setelah liburan
Ilustrasi perempuan semangat bekerja setelah liburan vichie81

Parapuan.co - Kawan Puan, keberadaan perempuan di dunia kerja hampir menyamai jumlah laki-laki.

Walau laki-laki masih mendominasi, perempuan bisa jadi punya kesempatan yang sama besarnya untuk menempati posisi tertentu di sebuah perusahaan.

Sayangnya, tidak semua orang dari kaum laki-laki menerima fakta bahwa perempuan punya kesempatan yang sama dengan mereka.

Di dunia kerja, sikap semacam itu disebut dengan istilah mansplaining.

Mengutip Forbes, mansplaining merupakan sebuah istilah yang pertama kali dikenalkan oleh Rebecca Solnit.

Rebecca Solnit menuliskan kata tersebut dalam essainya yang berjudul Men Explain Things To Me: Facts Didn’t Get In Their Way.

Ia sendiri tidak secara gamplang memaparkan mansplaining, tetapi hanya menuliskannya berdasarkan pengalaman yang dialami.

Baca Juga: Catat! Ini 3 Cara Menghadapi Rekan Kerja yang Suka Playing Victim

Pada 2018, kamus Merriam-Webster memasukkan istilah itu ke dalam daftar mereka.

Menurut kamus ini, mansplaining merupakan kata kerja yang menggambarkan situasi ketika laki-laki berbicara kepada perempuan.

Yaitu, saat laki-laki berbicara dengan merendahkan tentang sesuatu yang tidak diketahuinya secara lengkap, dengan asumsi keliru bahwa ia mengetahui lebih banyak hal dibandingkan orang yang diajak bicara.

Intinya, mansplaining dapat dimaknai cara pandang dan bicara merendahkan oleh laki-laki terhadap perempuan.

Di dunia kerja, sikap semacam itu mungkin sudah sering terjadi dan dialami perempuan.

Akan tetapi, pernahkah kamu benar-benar memahami dampak mansplaining terhadap perempuan di dunia kerja?

Jika tidak, ketahuilah tentang dampaknya di bawah ini:

1. Membuat perempuan merasa diremehkan

Tindakan mansplaining berarti laki-laki mengasumsikan bahwa perempuan tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan tertentu dibandingkan dengannya.

Padahal, hal yang sebaliknya bisa saja terjadi, di mana perempuan yang diajak bicara sebenarnya berpengetahuan lebih.

Hal ini tentu membuat perempuan di dunia kerja merasa tidak dihargai, diremehkan, dan dianggap kurang kompeten.

Apabila perempuan merasa demikian, mereka bisa saja kehilangan produktifitas dan rasa percaya diri.

Alhasil, pekerja perempuan memilih untuk resign dan mencari perusahaan yang para karyawannya lebih menghargainya.

Baca Juga: Rayakan Hari Perempuan Internasional dengan 5 Cara Asyik Bersama Rekan Kerja

2. Memperkuat stereotip gender

Semisal ada diskusi antara laki-laki dan perempuan, mansplaining akan membuat pihak laki-laki merasa lebih unggul.

Laki-laki cenderung akan menganggap perempuan kurang cerdas tanpa tahu seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki pihak perempuan.

Tentu saja, sikap seperti itu akan memperkuat stereotip gender yang melihat laki-laki lebih unggul ketimbang kaum perempuan.

3. Menghambat perkembangkan karier perempuan

Peluang perempuan untuk mengembangkan kariernya di dunia kerja akan lebih kecil jika ada mansplaining.

Pasalnya, ruang mereka untuk menyampaikan pendapat saat rapat atau ide kreatif untuk kemajuan perusahaan bisa saja ditolak oleh sesama karyawan yang laki-laki.

Ini karena kaum laki-laki merasa mereka lebih berpengalaman dibandingkan rekan kerja perempuan tersebut.

Baca Juga: Jadi Korban Bullying di Tempat Kerja? Hadapi dengan Cara Ini

Tak pelak, perempuan jadi lebih ragu menyampaikan pendapatnya di meja rapat apabila laki-laki mendominasi.

Kaum perempuan yang memilih diam karena mansplaining ini tentulah tidak dapat mengembangkan kariernya dengan mudah.

Apakah Kawan Puan pernah atau sedang mengalami mansplaining di tempat kerja?

Jika iya, sebaiknya sadari sikap-sikap mansplaining ditunjukkan rekan kerja laki-laki di tempat kerjamu.(*)

Sumber: Forbes
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami