Alami Obesitas Saat Masa Kehamilan, Bagaimana Risikonya?

Ericha Fernanda - Sabtu, 22 Mei 2021
Ilustrasi obesitas.
Ilustrasi obesitas. freepik.com

Menurunkan berat badan saat hamil

Jika Kawan Puan memulai kehamilan dengan berat badan lebih, maka tetap tidak disarankan siapa pun mencoba menurunkan berat badan saat hamil, tidak peduli berapa berat awal kamu.

Diet saat hamil membuat bayi kehilangan kalori yang dibutuhkan. Hal tersebut juga bisa mengakibatkan bayi lahir terlalu kecil.

Ini bukan untuk mengatakan bahwa kamu harus makan apa pun yang diinginkan.

Diet yang menyeluruh dan penuh dengan makanan sehat jauh lebih baik untuk kehamilan dan bayimu daripada diet yang berkalori tinggi dan berkualitas rendah.

Baca Juga: Paparan Bahan Kimia Selama Kehamilan Tingkatkan Risiko Depresi Pascapersalinan

Persalinan pada orang dengan obesitas

Orang dengan obesitas mungkin mengalami tahap pertama persalinan yang lebih lama, karena bagian serviks membesar. 

Ini disebabkan karena penipisan leher rahim atau pembukaan jalan lahir yang berlangsung lebih lambat.

Dokter kandungan atau bidan mungkin perlu menyediakan waktu ekstra dalam fase persalinan ini untuk memastikan orang tua dan janin dalam keadaan baik.

Anestesi epidural (bius lokal) dimungkinkan untuk perempuan dengan kategori berat badan lebih tinggi, meskipun secara teknis lebih menantang bagi ahli anestesi. 

Anestesi ini digunakan untuk membuat bagian tertentu pada tubuh mati rasa sehingga tidak merasakan sakit.

Selain itu, anestesi epidural ini tidak akan membuatmu hilang kesadaran sepenuhnya karena hanya berfungsi sebagai penawar rasa sakit (analgesia) di area tubuh tertentu.

Jika Kawan Puan termasuk dalam kategori ini, maka pertimbangkan konsultasi pra-persalinan dengan bagian anestesi di rumah sakit yang hendak kamu gunakan untuk bersalin.

Rutin berkonsultasi dengan dokter adalah solusi yang paling baik untuk menghindari kemungkinan risiko kehamilan akibat obesitas, tanyakan apa saja yang kamu khawatirkan untuk menemukan jawabannya. (*)

Usia Sampai Gaya Hidup Jadi Faktor Risiko Pneumonia pada Orang Dewasa