Duh, Suami Enggan Melakukan Pekerjaan Domestik? Ini Penyebabnya

Ratu Monita - Senin, 10 Mei 2021
Ilustrasi suami melakukan tugas domestik
Ilustrasi suami melakukan tugas domestik Rawpixel

Parapuan.co - Pekerjaan domestik memang selama ini banyak dilakukan oleh istri saja, sementara suami lebih banyak mencari nafkah.

Padahal, pembagian peran dalam keluarga seharusnya sih, sudah bisa seimbang dan dilakukan bersama-sama. Sebab, ya, mengurus pekerjaan rumah dan anak adalah pekerjaan yang rasanya enggak habis-habis. Apalagi kalau dilakukan oleh satu orang saja.

Bicara konsep pembagian peran dalam keluarga yang belum setara ini memang lekat dengan norma gender tradisional yang sudah tertanam dalam kehidupan masyarakat. 

Baca Juga: Kekerasan Seksual Tak Pandang Gender, Pria Remaja di Probolinggo Jadi Korban Pemerkosaan

Norma gender ini memang menempatkan perempuan bekerja di dalam ranah domestik yakni mengurus rumah dan mengurus keluarga, sementara laki-laki akan berada di ranah publik yang memiliki tugas utama mencari nafkah. 

Hal ini pun terbukti pada riset yang dilakukan PARAPUAN berjudul Pembagian Peran Domestik antara Suami dan Istri pada 16-19 April lalu. Hasil survey dari 168 responden laki-laki menunjukkan hampir 82 persen laki-laki menjadikan tugas domestik hanya sebagai tugas sampingan. 

Sebaliknya, pada perempuan dengan jumlah responden 66 orang perempuan menunjukkan 62 persen di antaranya menjadikan tugas domestik sebagai tugas utama. 

Sejalan dengan hasil tersebut, dari 234 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan menunjukkan 42 persen responden mengatakan pihak yang paling banyak melakukan pekerjaan domestik adalah istri.

Ida Ruwaida Noor, perwakilan Kajian Gender Universitas Indonesia menyampaikan hal ini bermula dari sejak masa pra-kapitalis di mana laki-laki berburu dan berperang sementara perempuan merawat anak dan keluarga.

Selanjutnya ia juga menjelaskan, di masa kapitalis hal yang serupa pun terjadi, yakni laki-laki dipekerjakan sebagai buruh industri dan perempuan tetap bertugas di ranah domestik, dan sekalipun perempuan bekerja ia hanya akan menjadi 'cadangan'. 

Tindakan seperti ini pun terjadi dari generasi ke generasi dan membentuk adanya stereotipe gender, lebih lanjut lagi bagi sebagian besar masyarakat  sudah menjadi takdir yang demikian adanya dan tak perlu dipertanyakan lagi.