Jangan Panik! Begini Sikap Orang Tua saat Mengetahui Anak Melakukan Sexting

Firdhayanti - Senin, 29 Maret 2021
Ilustrasi remaja dan smartphone.
Ilustrasi remaja dan smartphone. Gloria Samantha

 

Parapuan.co - Kemudahan informasi dan teknologi dewasa ini tak selamanya membawa pengaruh baik, terutama anak remaja kita. 

Kemajuan teknologi ditambah kondisi remaja yang sedang dalam proses pencarian identitas diri membuat mereka kerap melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. 

Salah satunya adalah sexting (sex and texting). Berdasarkan riset, sexting ternyata banyak dilakukan oleh remaja lo, Kawan Puan.

Departemen Psikologi Universitas Utah pernah melakukan penelitian untuk mencari tahu berapa banyak remaja yang melakukan sexting. 

Baca Juga: Sexting dan 8 Jenis Kekerasan Berbasis Gender Online, Apa Itu?

Hasilnya, 20% dari 606 remaja berusia 14-18 tahun mengaku bahwa mereka pernah mengirim foto dirinya yang bersifat seksual lewat ponsel.

Mira D. Amir, psikolog anak dan keluarga, mengatakan hal terjadi sejalan dengan kematangan organ seksual yang sedang dialami remaja. 

"Di usia SMP dan SMA itu ada kematangan organ seks. Hal itu berdampak pada dorongan pada remaja untuk mengeksplor hal-hal yang bisa menstimulasi kematangan seksualnya," kata Mira saat dihubungi PARAPUAN pada tanggal (25/3/2021).

"Tak hanya laki-laki, tapi juga perempuan. Zaman sekarang bisa dikatakan sama," tambahnya. 

Ditambah pandemi yang membuat aktivitas remaja jadi terbatas, frekuensinya semakin meningkat. 

Mira mengatakan bahwa pandemi membuat remaja kesulitan untuk menyalurkan energinya. 

Remaja jadi terbatas untuk keluar rumah karena memang kondisi sekarang yang tengah pandemi.

"Biasanya kan, bisa bisa menyarankan ke anak kegiatan outdoor macam olahraga atau basket. Tapi di kondisi sekarang jatuhnya agak sulit," jelas Mira.

Tak hanya keterbatasannya kesempatan untuk keluar rumah, fenomena sexting pada remaja ini juga disebabkan oleh beberapa hal lain seperti kemampun sosial yang rendah dan rendahnya kepercayaan diri dengan body image-nya. 

Saat kamu mengetahui anak remajamu melakukan hal ini, berikut adalah hal-hal yang dapat lakukan. 

Baca Juga: Hindari Kecanduan Smartphone pada Anak, Yuk Simak 4 Tips Ini!

1. Jangan panik 

Ketika mengetahui anak melakukan sesuatu yang tidak diharapkan, pastinya tetap usahakan untuk tidak panik.

Kepanikan tidak akan efektif untuk mendampingi anak. Dalam sexting, kasus yang dialami remaja bisa berbeda-beda. 

"Mungkin ada kasus yang anaknya baru nyoba, denger temennya bisa (terus) mencoba meniru. Jadi kan, orang tuanya juga harus tenang," jelas Mira. 

Mira menjelaskan bahwa sikap orang tua yang berlebihan justru membuat anak remajamu dapat menarik diri. 

"Karena kalau orang tuanya bereaksi berlebihan, si anaknya jadi merasa takut dan akhirnya dia bisa saja defensif, berbohong, dan ini juga nggak menyelesaikan masalah," ujar Mira. 

2. Pikiran terbuka 

Kematangan pemikiran dan sikap anak remaja tak bisa didapat secara instan. Dalam prosesnya, terdapat waktu yang diperlukan dan kesabaran yang ekstra.  

Selain menghindari reaksi berlebih, pikiran yang terbuka pun dibutuhkan untuk mendampingi anak saat mengalami hal ini. 

"Karena proses kematangan itu dibutuhkan anaknya untuk terbuka. Jadi perlu tenang, perlu sabar, gitu ngikutin, sesimpel ‘kenapa bisa jadi seperti ini, ya?’," ujar Mira. 

Pemahaman mendalam juga dibutuhkan untuk mendampingi anak. 

"Sebenernya kan, konten sexting-nya macam-macam ya, nah orang tua perlu memahami hal tersebut, perlu mendampingi anaknya," ujar Mira. 

Ketika anak merasa dimengerti, tidak dihakimi, dan tidak dinasihati secara berlebihan maka orang tua pun dapat mengarahkan anaknya dengan lebih baik. 

3. Komunikasi dua arah  

Komunikasi juga hal yang penting dalam mendampingi anak saat ketahuan melakukan sexting

"Iya, nggak bisa lepas dari sikap orang tua. Kita harus terbuka agar anak mau terbuka dan bisa komunikasi dua arah," terang Mira. 

Menasihati anak secara satu arah dan cenderung otoriter justru malah membuatnya semakin membantah orang tua. 

"Hati-hati para orang tua. Tidak perlu untuk terlalu banyak (menasihati) karena anak remaja itu butuh independen sebagai bentuk identitas diri," ucap Mira. 

Baca Juga: Bukan Melulu Rewel, Ada Alasan Lain Kenapa Ortu Bolehkan Anak Main Gadget

4. Buat kesepakatan 

Mira mengatakan, sexting tak terjadi pada pagi atau siang, melainkan pada malam hari, tepatnya di atas jam 10. 

"Makin malam makin kacau kontennya. Karena kalau makin malam fungsi tubuh manusia itu menurun, kan. Jadi kontrolnya lemah," katanya. 

"Sexting ini rentan pada mereka yang kontrol dirinya lemah. Dan semakin malam semakin menurun kemampuan kontrolnya," lanjutnya. 

Untuk itu, kamu bisa membuat kesepakatan dengan anakmu untuk tidak menggunakan ponsel di atas jam 10 malam.

Dalam hal ini kamu dapat memegang atau membuat kesepakatan bersama anak untuk mematikan ponselnya. 

"Tapi itu kan, komunikasinya perlu baik-baik ya," tambah Mira. 

5. Cara yang tepat

Memang, sebagai orang tua kamu ingin memberi tahu anakmu bahwa yang dilakukannya itu memiliki dampak tidak baik. 

Mira mengatakan bahwa niat untuk menasihati anak tidaklah cukup. Diperlukan cara yang tepat agar anak mau mendengarkan kita. 

Beritahu anak secara baik-baik. Jika kamu menasihatinya secara berlebihan, anak akan menjadi jenuh.

"Kalau caranya salah, justru terjadi penolakan, akhirnya mereka mengondisikan yang berlawanan," ucap Mira.

6. Konsisten dan disiplin 

Kematangan dan tanggung jawab anak-anak tak cukup diharapkan dari dirinya sendiri. Penting bagi orang tua untuk berperilaku konsisten dan disiplin di depan anak.  

"Jadi nggak cukup buat mengharapkan kematangan dan tanggung jawab dari anak-anak. Tapi kematangan orang tua, kedewasaan orang tua, itu yang memberikan tempat bagi anak-anaknya ini tempat untuk matang dan dewasa,"

"Dalam kasus sexting, nggak kalah pentingnya. Kalau saya justru itu yang paling penting," tandasnya. (*)

Baca Juga: Krisis Air Bersih di NTT, Shopee Resmikan Pembangunan Pompa Air

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania