PJJ Tak Berjalan Mulus, Solusinya yakni Hybrid Learning, Apa Itu?

Anna Maria Anggita - Selasa, 16 Maret 2021
Ilustrasi belajar online
Ilustrasi belajar online

Parapuan.co - Semenjak virus corona masuk ke Indonesia, sistem pendidikan berubah.

Dari mulanya datang ke sekolah, akhirnya dirubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Sayangnya, tak semua anak mampu menjalani PJJ.

Baca Juga: Setahun PJJ, Tantangan Baru Kehilangan Pembelajaran hingga Dampak Penurunan Pendidikan Anak

Studi yang dilakukan oleh Global Save The Children pada Juli 2020 di 46 Negara khususnya Indonesia, mengindikasikan bahwa terdapat 8 dari 10 anak tidak dapat mengakses bahan pembelajaran yang memadai.

Sementara itu, 4 dari 10 anak kesulitan memahami pekerjaan rumah.

Fakta lain pun menunjukkan bahwa minimal 1% anak tidak belajar apapun selama PJJ.

Melansir dari siaran pers Save the Children Indonesia untuk mengatasi tantangan selama PJJ ini harus diatasi dengan hybrid learning.

Mengenal istilah hybrid learning

Melansir dari Kompas.com hybrid learning adalah kombinasi dua model pembelajaran antara sistem daring (dalam jaringan atau online) dan pertemuan tatap muka dalam beberapa jam.

Sistem pembelajaran hybrid learning ini sebenarnya baik untuk diterapkan, dengan manfaat meminimalisir dampak psikososial peserta didik.

Baca Juga: Pembelajaran Jarak Jauh Penuh Tantangan, Hybrid Learning Solusinya

Hybrid atau blended learning ini dilakukan secara rotasi, dengan jumlah siswa 50 persen tiap pertemuan tatap muka.

Pembelajaran tatap muka ini dilakukan untuk memberi kesempatan bagi siswa-siswi yang kesulitan menerima materi PJJ.

Contohnya di dalam satu kelas ada 24 anak, jadi tiap pertemuan tatap muka dihadiri 12 anak. 12 anak lainnya mengikuti kelas pembelajaran daring.

Tatap muka bisa dilakukan 2-3 kali dalam seminggu.

Lima kunci hybrid learning

Dalam proses penerapannya, terdapat lima kunci hybrid learning:

1. Live event

Kunci pertama ini diartikan pembelajaran langsung atau tatap muka dilakukan secara bersamaan dalam waktu dan tempat yang sama.

Namun, bisa juga dilakukan di waktu dan tempat yang berbeda.

2. Self-paced learning

Self-paced learning mengombinasikan pembelajaran mandiri yang memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri kapan pun dan dimana pun secara daring.

Baca Juga: Tak Perlu Dipaksa, Semangat Belajar Anak Bisa Tumbuh Lewat Langkah Berikut

3. Collaboration

Kolaborasi antar guru dan siswa, maupun dengan sesama siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

4. Assessment

Sebagai pendidik, guru harus mampu meramu kombinasi tugas daring atau luring (luar jaringan atau offline).

Bentuk tugas yang diberikan bisa beraneka ragam baik tes maupun non-tes.

5. Performance support materials

Memastikan bahan ajar disiapkan dalam bentuk digital.

Tujuannya agar siswa-siswi dapat mengakses materi belajar baik secara daring maupun luring.

Cara menerapkan hybrid learning

Segala bentuk pembelajaran di bangku sekolah harus penuh dengan persiapan matang, begitu pun dengan hybrid learning.

Persiapan dilakukan dengan cara menganalisis anak sesuai dengan bangku sekolah yang sedang mereka tempuh.

Hasil analisis digunakan untuk memetakan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui tatap muka maupun daring.

Baca Juga: Setahun Pandemi, Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh Masih Berlanjut hingga Dampak Pendidikan Masa Depan

Selanjutnya hasil analisis dituangkan ke dalam silabus atau rencana pembelajaran.

Dengan begitu, akhirnya blended learning ini bisa dilaksanakan dengan pembagian kelompok pembelajaran secara bergantian.

Misalnya untuk minggu pertama kelompok A tatap muka, lalu kelompok B daring.

Untuk selanjutnya, pola akan dibalik di minggu berikutnya.

(*)

Sumber: Kompas.com,Save the Children Indonesa
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania