Sering Dialami! Kenali Perilaku dan Dampak Seksisme untuk Perempuan

Sering Dialami! Kenali Perilaku dan Dampak Seksisme untuk Perempuan
Sering Dialami! Kenali Perilaku dan Dampak Seksisme untuk Perempuan asiandelight

Parapuan.co – “Dasar perempuan. Nyusahin! ” sebuah contoh kalimat seksis yang rasanya sudah tidak asing lagi ya, di telinga kita, Kawan Puan?

Tak bisa dimungkiri, perilaku seksisme dari masyarakat masih sering kita terima sehari-hari yang membuat kita jadi merasa “direndahkan”.

Tak hanya di sekitar kita saja, banyak juga tokoh terkenal melakukan perilaku seksisme.

Terbaru, ucapan seksisme datang dari Yoshiro Mori, ketua Tokyo Olympic yang mengatakan kalau perempuan terlalu banyak bicara.

Baca Juga: Kenali 8 Penyebab Miss V Terasa Nyeri Usai Bercinta dengan Pasangan

Tak hanya itu, melansir dari The Washington Post, Yoshiro juga berucap kalau rapat dengan banyak perempuan menghabiskan waktu lama. Selang beberapa lama setelah kejadian, Yoshiro pun mendapat kritik pedas dari netizen sampai muncul tagar #Moriresign di Twitter.

Doa netizen pun dikabulkan, Yoshiro akhirnya meminta maaf dan mengundurkan dari dari jabatannya pada Jumat 12 Februari lalu.

Adanya kasus ini, membuat mata kita semakin terbuka lebar ya. Kalau seksisme ini masih ada dan sering dilakukan oleh segelincir orang. Padahal, kalau dari sejarah, seksisme ini sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, dan menjadi budaya awet hingga sekarang.

Lalu, apa sih, sebenarnya seksisme ini?

Melansir dari Britannica, Gina Masequesmay, Professor of Asian American Studies, California State University at Northridge, menjelaskan kalau seksisme merupakan perilaku diskriminasi berdasarkan gender tertentu.

Seksisme ini juga menimbulkan kepercayaan kalau satu gender harus lebih superior dari yang lainnya. Sehingga, membuat orang mengotak-ngotakkan apa yang harus dan boleh dilakukan oleh laki-laki. Begitu juga dengan perempuan.

Gina menuliskan kalau sejauh ini belum ada yang bisa memastikan kapan seksisme ini muncul di dunia. Tapi, kalau melihat sejarah, perilaku seksisme ini sudah ada sejak zaman Yunani Kuno yakni di zaman Aristotle, filsafat seorang ahli filsafat masih hidup.

Dan, perilaku seksisme ini bisa dilihat di dalam karya Aristotle berjudul Politics, Physics, De Anima, and On Generation of Animals, dia pernah mengungkapkan kalau perempuan lebih inferior dibandingkan laki-laki, dan tidak boleh terlibat dalam urusan publik.

Baca Juga: Bukan Bergantung dengan Pasangan, Ini Cara Mengelola Emosi dan Kebahagiaanmu Sendiri

Kok, bisa sih, seksisme ini masih ada sampai sekarang? 

Budaya partiarki menjadi salah satu akar permasalahan dari kelanggengan perilaku seksisme di sekitar kita. 

Dra.Nadlrotus Sariroh MA, Ketua I Pengurus Yayasan Annisa Swasti (Yasanti), Yayasan Pemberdayaan Perempuan di Yogyakarta, menjelaskan bahwa budaya patriarki merupakan budaya yang menempatkan posisi laki-laki lebih berkuasa dibandingkan perempuan.

"Dalam budaya patriarki. Budaya di mana laki-laki lebih berkuasa.  Perempuan sering dianggap lemah, karena keperempuannya,” jelasnya kepada PARAPUAN.

Apa dampak seksisme?

Sebuah survey dari Young Woman, yang diikuti oleh 2995 koresponden berusia 16 tahun sampai 93 tahun di Inggris, mengungkapan seksisme ini berdampak pada kesehatan mental perempuan.

Dari data tersebut, mereka menemukan kalau perempuan berusia masih muda mengalami depresi klinis lima kali lipat. Angka ini lebih rendah dibandingkan perempuan yang tidak pernah mengalami seksisme.

Dr Ruth Hackett from University College London (UCL) mengungkapkan kalau survey tersebut mendefinisikan seksisme sebagai perasaan tidak aman, menghindari pergi ke / berada di suatu tempat, dihina dan / atau diancam, atau diserang secara fisik karena seks.

Baca Juga: Ajarkan Body Positivity Pada Anak, Gemuk Bukanlah Sebuah Kegagalan!

Banyak dari responden mengungkapkan kalau diri mereka merasa insecure bahkan takut untuk pergi ke sekolah.

Sementara untuk responden yang bekerja, mereka juga mengalami hal yang sama. Parahnya, perempuan yang mengalami seksisme menjadi malas pergi ke kantor, merasa dirinya terkungkung.

Nah, yuk, Kawan Puan mari kita saling bahu membahu untuk membela diri kita dan teman lainnya dari perilaku seksisme ya!(*)

Sumber: Washington Post,Britanica,Psychology Today
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami