Kenali Body Dysmorphic Disorder dan Dampaknya pada Diri Perempuan

By Tim Parapuan, Kamis, 22 Mei 2025

Perempuan merasa kurang pede saat melihat dirinya di cermin

Parapuan.co - Setiap pagi, banyak perempuan melihat diri mereka di cermin. Ada yang sekadar merapikan rambut atau memakai riasan. Tapi bagi sebagian lainnya, momen itu bisa terasa menyakitkan.

Mereka melihat kekurangan yang sebenarnya tidak begitu jelas, bahkan tidak terlihat oleh orang lain. Jika rasa tidak puas ini terus muncul dan mengganggu, bisa jadi itu adalah tanda dari gangguan yang disebut Body Dysmorphic Disorder (BDD) atau gangguan dismorfik tubuh.

Media sosial, iklan, hingga komentar dari lingkungan sekitar secara tak langsung membentuk citra ideal tentang tubuh perempuan. Di sinilah akar dari banyak gangguan citra tubuh bermula. Ketika standar eksternal menjadi tolok ukur utama, tubuh sendiri pun terasa asing.

Melansir dari mayoclinic.org, Body Dysmorphic Disorder adalah kondisi mental di mana seseorang merasa sangat terganggu oleh kekurangan fisik yang sesungguhnya kecil atau bahkan tidak terlihat oleh orang lain. Perempuan dengan BDD bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin, merasa malu, menghindari interaksi sosial, atau bahkan menjalani prosedur kosmetik ekstrem berulang kali.

Gangguan ini tidak hanya berkaitan dengan penampilan, tetapi juga bisa menimbulkan tekanan mental yang serius dan berkepanjangan. Mengutip dari International OCD Fondation, berikut beberapa dampak psikologis dari BDD pada perempuan.

- Depresi dan Kecemasan: Ketika penampilan menjadi sumber kekhawatiran terus-menerus, perasaan tidak berharga dan putus asa pun bisa muncul. Banyak perempuan dengan BDD mengalami kecemasan berat atau depresi karena merasa tidak mampu memenuhi standar tertentu.

- Isolasi Sosial: Rasa malu terhadap tubuh membuat banyak perempuan menarik diri dari kehidupan sosial. Mereka merasa tidak layak untuk dilihat atau bergaul, sehingga lebih memilih untuk menyendiri.

- Gangguan Makan dan Perilaku Kompulsif: Dalam upaya mengubah atau memperbaiki tubuh, perempuan bisa mengalami gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, serta perilaku kompulsif seperti mengecek cermin terus-menerus.

- Perfeksionisme dan Ketidakpuasan Kronis: Banyak perempuan dengan BDD memiliki dorongan kuat untuk mencapai kesempurnaan fisik. Mereka menetapkan standar yang sangat tinggi dan tidak realistis terhadap diri sendiri, yang justru memperparah ketidakpuasan dan rasa kecewa terus-menerus.

Baca Juga: Ini Pentingnya Mentoring dan Komunitas untuk Dorong Kepercayaan Diri Perempuan Karier

 

 

- Gangguan dalam Hubungan Interpersonal: BDD juga dapat merusak hubungan dengan pasangan, teman, dan keluarga. Perempuan mungkin merasa tidak layak dicintai atau menjadi terlalu sensitif terhadap komentar, sehingga menciptakan jarak emosional dan konflik interpersonal.

- Risiko Tindakan Ekstrem: Dalam kasus yang lebih parah, BDD dapat mendorong seseorang untuk menjalani prosedur bedah kosmetik berulang kali atau bahkan memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Seseorang dengan BDD juga cenderung memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi dibanding populasi umum.

Perempuan lebih sering menjadi sasaran objektifikasi tubuh. Sejak muda, mereka terbiasa dengan pujian atau kritik atas penampilan fisik.

Ditambah dengan ekspektasi sosial tentang cantik, perempuan lebih rentan merasa tidak cukup baik. Mengutip mayoclinic.org, berikut faktor lain yang memperkuat kerentanan ini antara lain:

- Riwayat trauma atau bullying di masa kecil

Pengalaman negatif yang terjadi saat masa kanak-kanak seperti perundungan, pelecehan, atau pengabaian emosional dapat meninggalkan luka psikologis jangka panjang. Trauma masa kecil berkaitan erat dengan risiko berkembangnya gangguan citra tubuh dan depresi di usia dewasa.

- Paparan media sosial yang berlebihan

Melihat foto-foto sempurna di media sosial bisa menimbulkan perasaan tidak aman terhadap penampilan sendiri. Semakin sering perempuan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial, semakin tinggi risiko mereka mengalami BDD.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Grant Thornton Soroti Pentingnya Perempuan Memiliki Kepercayaan Diri

- Adanya anggota keluarga dengan gangguan mental serupa

Faktor genetik juga turut berperan. Jika seseorang memiliki keluarga dekat yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif, kecemasan, atau BDD, kemungkinan mereka mengembangkan gangguan serupa akan lebih tinggi. Lingkungan keluarga yang terlalu kritis terhadap penampilan juga bisa memperburuk kondisi ini.

Langkah pertama untuk membangun citra diri yang sehat adalah menyadari pola pikir negatif terhadap tubuh sendiri. Sering kali, perempuan tak sadar betapa kerasnya mereka menilai diri. Menulis jurnal, berbicara dengan teman dekat, atau menyuarakan isi hati bisa membantu menyaring mana pikiran yang logis dan mana yang hanya didorong oleh ketakutan semu.

Selain itu, penting pula untuk menyadari bahwa media sosial bukanlah realita. Membatasi waktu di platform digital dan hanya mengikuti akun yang menampilkan keberagaman tubuh dan perspektif sehat bisa berdampak besar dalam membentuk citra tubuh yang lebih positif.

Alihkan fokus dari bentuk tubuh ke kesehatan secara menyeluruh. Merawat diri dengan makan bergizi, tidur cukup, dan berolahraga bukan semata demi penampilan, tapi demi merasakan hidup yang lebih seimbang.

Jangan lupa untuk berlatih self-compassion, dengan memperlakukan diri sendiri dengan kelembutan. Jika ketidakpuasan terhadap tubuh sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu mencari bantuan profesional. 

(*)

Celine Night