Benarkah Polusi Udara Dapat Merusak Otak Lansia? Simak Penjelasannya

By Tim Parapuan, Selasa, 13 Mei 2025

Pasangan lansia sedang beraktivitas di luar rumah

Parapuan.co - Di tengah hiruk-pikuk kota besar, kualitas udara semakin menjadi isu yang mendesak. Polusi udara tidak lagi sekadar gangguan lingkungan, tetapi ancaman serius terhadap kesehatan, khususnya bagi para lansia.

Dalam Gerontological Society of America tahun 2025, menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara, terutama partikel halus seperti Particulate Matter (PM) 2,5 dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Partikulat halus atau PM2,5, adalah partikel dengan ukuran diameter kurang dari atau sama dengan 2,5 mikrometer.

Sebab ukurannya sangat kecil, partikel ini mampu menembus jauh ke dalam paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah, hingga akhirnya mencapai otak. PM2.5 dapat memicu peradangan sistemik dan stres oksidatif yang berkontribusi terhadap kerusakan jaringan otak.

Studi dalam jurnal Alzheimer's & Dementia tahun 2022, menemukan bahwa perempuan lebih rentan terhadap dampak neurodegeneratif dari polusi dibanding laki-laki.

Hal ini diperkuat oleh faktor biologis dan hormonal yang membuat otak perempuan lansia lebih sensitif terhadap stres oksidatif karena polusi udara.

Paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan gangguan otak pada lansia, seperti Alzheimer dan demensia vaskular. Paparan ini mempercepat proses neurodegeneratif dan dapat memengaruhi kualitas hidup lansia secara signifikan.

Di Indonesia, polusi udara bukan hanya berasal dari emisi kendaraan bermotor dan industri, tetapi juga dari pembakaran sampah dan penggunaan bahan bakar biomassa untuk memasak.

Melansir Kompas.com, konsentrasi PM2,5 di Jakarta sering kali melebihi ambang batas World Health Organization, dan ini berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, termasuk kelompok lansia.

Perempuan lansia termasuk kelompok paling rentan karena umumnya memiliki keterbatasan fisik, akses kesehatan yang terbatas, dan ketergantungan pada keluarga. Di sisi lain, banyak dari mereka tinggal di lingkungan padat penduduk dengan kualitas udara buruk dan ventilasi yang minim.

Baca Juga: Adakah Ilmu untuk Jadi Caregiver Lansia Sebanyak Teori Parenting Anak?