Angka Menyusui di Indonesia Masih Rendah, Apa Langkah yang Harus Dilakukan?

By Saras Bening Sumunar, Rabu, 23 April 2025

Angkag menyusui di Indonesia bisa dikatakan rendah.

Parapuan.co Menyusui bukan hanya proses biologis antara ibu dan bayi, melainkan juga perjalanan emosional, sosial, dan bahkan politis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal. Di Indonesia, meskipun kampanye mengenai pentingnya Air Susu Ibu (ASI) telah gencar dilakukan, kenyataannya masih banyak ibu yang menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani proses menyusui.

Mulai dari kurangnya pengetahuan, tekanan sosial, hingga minimnya dukungan di tempat kerja, semua ini menjadi hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyusui.

Permasalahan dan Tantangan dalam Perlindungan Ibu Menyusui

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, khususnya bayi berusia 0-6 bulan, yang tidak dapat tergantikan oleh makanan atau minuman lainnya. Pemberian ASI bukan hanya memenuhi hak ibu dan anak, tetapi juga memiliki banyak manfaat jangka panjang.

Anak yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki peluang lebih tinggi untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta tidak mudah sakit. Menyusui juga mempererat ikatan emosional antara ibu dan anak, yang penting untuk membentuk ketahanan pribadi dan kemandirian anak di masa depan.

Namun, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan besar dalam meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif. Kemenkes menyebutkan Angka ASI eksklusif di Indonesia terus menurun, dari 64,5 persen pada tahun 2018 menjadi 52,5 persen pada tahun 2021.

Penyebab utama penurunan ini adalah kurangnya dukungan di tempat kerja, adanya promosi susu formula yang tidak etis, dan kesenjangan informasi mengenai pemberian ASI yang benar. Meskipun hasil dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada tahun 2023 menyebutkan proporsi ASI Eksklusif 0-5 bulan secara nasional adalah 68,6 persen, namun angka ini masih jauh dari target nasional yaitu 80 persen untuk capaian ASI Eksklusif.

WHO dalam laporannya pada Agustus 2023 juga mencatat bahwa Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam pemberian ASI pada jam pertama kehidupan bayi. Hanya 48,6 persen bayi yang disusui dalam satu jam pertama setelah kelahiran pada tahun 2021, turun dari 58,2 persen pada 2018.

Penundaan pemberian ASI pada bayi baru lahir memiliki dampak negatif terhadap kelangsungan hidup bayi, serta meningkatkan risiko infeksi dan penyakit. Mia Sutanto, Ketua Umum AIMI 2007-2018, mengungkapkan bahwa penting bagi para ibu untuk memperkuat pemberian ASI pada buah hati mereka.

Baca Juga: Peran AIMI dalam Mendorong dan Mendukung Ibu Menyusui di Indonesia