Mendidik Anak Perempuan hingga Perguruan Tinggi, Tak Sekadar Memenuhi Hak

By Yussy Maulia, Kamis, 4 Mei 2023

Ilustrasi anak perempuan menempuh pendidikan tinggi.

Parapuan.co – “Perempuan yang cerdas akan melahirkan generasi yang cerdas juga.” Kawan Puan mungkin sudah tak asing lagi dengan ungkapan tersebut.

Meski benar gen ibu dapat menurun ke anaknya, ungkapan tersebut mengandung makna yang luas. Salah satunya, pentingnya pendidikan tinggi yang berkualitas bagi perempuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Sayangnya, akses perempuan untuk mendapatkan pendidikan belum sepenuhnya merata. Menurut data United Nations Children's Fund (Unicef), sebanyak 129 juta anak perempuan di dunia berhenti sekolah.

Sebanyak 32 juta anak perempuan berhenti sekolah usai lulus sekolah dasar (SD), 30 juta berhenti di jenjang sekolah menengah pertama (SMP), dan 67 juta hanya melanjutkan pendidikan sampai sekolah menengah atas (SMA).

Alasan anak-anak perempuan tersebut berhenti sekolah beragam. Namun, alasan yang paling dominan adalah kemiskinan yang menyebabkan akses finansial ke jenjang sekolah lanjutan maupun perguruan tinggi menjadi terbatas.

Selain itu, banyak anak perempuan terpaksa berhenti sekolah karena masih adanya budaya patriarki yang menganggap bahwa masa depan perempuan adalah menjadi pengurus rumah tangga. Oleh sebab itu, mendidik anak perempuan hingga perguruan tinggi tidak menjadi prioritas.

Padahal, memberikan akses pendidikan tinggi yang layak bagi anak perempuan dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan dan keluarganya. Selain itu, mereka juga dapat meraih peluang untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Lebih dari sekadar hak

Memperoleh pendidikan yang layak memang menjadi hak bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan.

Namun, adanya ketimpangan akses pendidikan tinggi pada anak-anak perempuan membuat banyak pihak menyoroti kemungkinan yang terjadi jika mereka punya akses pendidikan yang setara.