Review Film Gita Cinta dari SMA, Ketika Cinta Pertama Terhalang Kelas Sosial

By Alessandra Langit, Sabtu, 11 Februari 2023

Review film Gita Cinta dari SMA, film Prilly Latuconsina yang sedang tayang di bioskop Indonesia.

Parapuan.co - Kawan Puan, kamu mungkin tidak asing lagi dengan nama Galih dan Ratna.

Kisah cinta Galih dan Ratna menjadi tonggak kebangkitan film remaja Indonesia di era 80-an saat maraknya film dewasa beredar di bioskop.

Kini cinta pertama Galih dan Ratna dalam film Gita Cinta dari SMA di-remake oleh sutradara Monty Tiwa dan tayang di bioskop Indonesia mulai 9 Februari 2023 lalu.

PARAPUAN berkesempatan untuk menyaksikan press screening Gita Cinta dari SMA pada Senin (6/2/2023) lalu.

Film Gita Cinta dari SMA yang berlatar tahun 1980-an bercerita tentang Ratna Suminar (Prilly Latuconsina), sang siswi baru.

Di sekolah, Ratna bertemu dengan Galih Rakasiwi (Yesaya Abraham) sebagai sosok yang dingin dan cuek.

Hingga kemudian keduanya saling terpikat dan jatuh cinta kepada satu sama lain.

Namun, hubungan mereka ditentang oleh Ayah Ratna (Dwi Sasono) karena perbedaan kelas sosial.

Pahit dan manis cinta pertama di film Gita Cinta dari SMA membawa kembali nostalgia yang dirindukan oleh sinema Indonesia.

Baca Juga: Dinantikan Oleh Penggemar, Intip Sinopsis Film Gita Cinta SMA

Cinta Pertama yang Murni

Prilly Latuconsina dan Yesaya Abraham dengan apik menumbuhkan benih-benih cinta yang terasa hingga ke kursi penonton.

Jatuh cinta di bangku SMA, terlebih di era 80-an, merupakan pengalaman unik yang membuat seseorang bisa dimabuk asmara.

Kemurnian dan kepolosan siswa SMA saat jatuh cinta mampu disampaikan Prilly Latuconsina lewat gerak gerik salah tingkah yang membuat penonton terbawa dalam euforia yang sama.

Sedangkan Yesaya Abraham sebagai Galih yang dingin mampu berproses membuka hati hingga melakukan hal-hal sederhana yang berhasil membuat penonton meleleh.

Cinta pertama yang dijalani oleh Galih dan Ratna terasa begitu tulus tanpa ada ekspektasi maupun tuntutan antar satu sama lain, membuat penonton ikut terikat dalam pengalaman cinta pertama yang manis.

Kelas Sosial dan Patriarki Rumah Tangga

Konflik terbesar dari kisah ini adalah restu yang tak didapatkan Galih dari ayah Ratna (Dwi Sasono) yang memiliki kelas sosial lebih tinggi.

Arogansi Dwi Sasono sebagai seorang laki-laki dewasa dan kepala keluarga mampu memantik emosi penonton.

Baca Juga: Perankan Ratna di Film Gita Cinta dari SMA, Prilly Latuconsina: Seperti Mimpi

Kelas sosial dan status keluarga yang prestise dinilai lebih penting bagi ayah Ratna dibanding kebahagiaan keluarganya.

Di tengah keluarga yang didominasi perempuan, Dwi Sasono berperan dengan apik dan menakutkan sebagai seseorang yang harus dipatuhi dan dihormati.

Pemikiran bahwa perempuan harus bersama laki-laki yang matang demi mengangkat derajatnya juga terlihat dari cara sang ayah mengasuh Ratna.

Ibu Ratna (Unique Priscilla) dan tante Ratna, Mbak Ayu (Putri Ayudya), seakan hanya bisa membela Ratna di belakang namun tak punya wewenang untuk mengambil keputusan.

Hal ini memang menyebalkan di mata penonton, namun juga gambaran nyata keluarga dan peran laki-laki dalam keluarga di era 80-an.

Nostalgia 80an yang Pas

Awal munculnya trailer film ini, banyak netizen yang merasa ragu dengan keberhasilan Gita Cinta dari SMA membawa kembali nuansa 80-an.

Di bawah arahan Monty Tiwa, film ini mampu menyihir Kota Bandung kembali ke tahun 80-an dengan kostum, gaya rambut, bangunan, musik, dan bahasa baku yang digunakan.

Mendengar Prilly Latuconsina dan Yesaya Abraham berbicara dengan bahasa baku ternyata memberikan kesan yang lebih hangat, santun, dan tulus dari proses hubungan mereka.

Bahasa baku yang dibawa dalam film ini sangatlah romantis dan pas, tidak berlebihan maupun terlihat memaksa.

Secara visual, gambar-gambar yang diambil pun terasa hangat dan romantis.

Namun, ketika konflik mulai datang, dingin dan derasnya hujan di kota Bandung dalam film ini mampu membuat penonton merasakan kesedihan dan kesendirian karakter-karakternya.

Gita Cinta dari SMA merupakan remake yang setia pada film aslinya namun tetap relevan dengan masa kini.

Kisah legendaris Galih dan Ratna mampu bangkit lagi dan membawa kisah cinta dengan berbagai konflik sosial yang sebenarnya tak lekang oleh zaman.

Baca Juga: Tayang 9 Februari, Film Gita Cinta dari SMA Kenalkan Galih dan Ratna ke Gen Z

(*)