Animasi yang Membawa Budaya Tiongkok ke Dunia
Kehadiran Ne Zha 2 versi Inggris juga membuka pintu lebih lebar bagi penonton Barat untuk menikmati mitologi Tiongkok. Menurut Michelle Yeoh, generasi muda kini jauh lebih terbuka terhadap budaya lintas negara.
"Anak-anak hari ini bernyanyi dalam bahasa Korea, Jepang, dan Tiongkok. Itu melampaui melodi, musik, dan emosi. Jadi, memiliki film seperti ini yang memperkenalkan budaya dan mitologi berbeda sungguh luar biasa," ungkap.
Yeoh menilai film ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga jembatan budaya lintas generasi. "Cerita ini sudah ada sejak lama, tapi humor slapstick di dalamnya membuat anak-anak menyukainya. Para pembuat film berhasil menghadirkan sentuhan kontemporer yang membuat kisahnya relevan dengan masa kini. Mereka membangun jembatan antargenerasi," tambahnya.
Momen Emosional Antara Ibu dan Anak
Salah satu bagian yang paling menyentuh hati Michelle Yeoh adalah adegan emosional Lady Yin bersama Ne Zha. "Dalam sebuah adegan, dia berkata kepada putranya, ‘Kamu harus berani dan menapaki jalanmu.’ Di adegan lain, ada pelukan terakhir mereka. Saat mengisi suara, saya menangis seperti anak kecil. Emosinya harus nyata, dan sangat mudah untuk merasakannya karena dari awal Lady Yin melihat anak ini dengan penuh cinta, meski dia unik dan berbeda," ungkap Yeoh.
Popularitas Animasi Asia di Mata Dunia
Di sisi lain, Michelle Yeoh juga melihat bahwa lonjakan minat pada animasi Asia adalah tanda baik bagi industri kreatif. Ia menekankan bahwa film seperti Ne Zha 2 bukan hanya memberi hiburan, tetapi juga memperkenalkan nilai budaya yang kaya kepada penonton global.
"Indah sekali melihat film yang berbicara tentang budaya berbeda. Ini adalah sesuatu yang kami tumbuh dengannya, dan menyenangkan bagi penonton dunia untuk ikut mengintip," tuturnya.
Baca Juga: KPop Demon Hunters, Film Animasi yang Mendobrak Batas Stereotip Perempuan di Anime
(*)