Parapuan.co - Fenomena anak menolak berangkat ke sekolah bukanlah hal baru bagi orang tua. Sesekali keluhan seperti “aku capek” atau “aku sakit” masih dianggap wajar, terutama ketika anak menghadapi tuntutan akademik maupun sosial yang berat.
Namun, ketika penolakan ini terjadi berulang dan membuat anak sering absen, kondisi tersebut bisa mengarah pada school avoidance atau penolakan sekolah.
Sebuah survei terbaru yang dilakukan The Kids Mental Health Foundation terhadap lebih dari 1.000 orang tua di Amerika Serikat yang dikutip dari Parents, menemukan bahwa alasan anak menolak sekolah beragam, mulai dari kelelahan, kecemasan, hingga keluhan fisik yang sering kali berkaitan dengan masalah kesehatan mental.
Data Survei: Anak Lebih Sering Mengaku 'Terlalu Sakit'
Hasil survei menunjukkan 42% anak mengatakan mereka merasa tidak cukup sehat untuk berangkat sekolah, sementara 20% lainnya mengaku terlalu lelah untuk hadir di kelas. Menariknya, sekitar 30% orang tua melaporkan anak mereka absen lebih dari satu minggu dalam setahun karena alasan ketakutan atau kecemasan.
Ariana Hoet, Direktur Klinis Eksekutif The Kids Mental Health Foundation sekaligus psikolog anak di Nationwide Children’s Hospital, menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi anak bukan semata-mata sakit fisik.
“Anak bisa memiliki kekhawatiran sosial, seperti perundungan atau merasa tidak diterima. Mereka juga mungkin takut menghadapi ujian atau berbicara di depan kelas. Kadang, anak enggan sekolah karena memiliki kesulitan belajar yang belum terdiagnosis, sehingga membuat sekolah terasa sangat menekan,” ujar Hoet.
Perundungan Masih Jadi Faktor
Temuan survei ini menegaskan bahwa perundungan (bullying) masih menjadi salah satu faktor penting yang membuat anak enggan ke sekolah.
Baca Juga: Terlanjur Terjadi, Begini 3 Cara Guru Menyikapi Perundungan di Sekolah
Perasaan tidak aman di lingkungan sosial dapat memicu kecemasan yang berujung pada penolakan sekolah. Jika dibiarkan, kondisi ini bukan hanya mengganggu perkembangan akademik, tetapi juga kesehatan mental anak dalam jangka panjang.
Peran Orang Tua: Jangan Biarkan Anak Menghindar Terlalu Lama
Ketika anak mengaku tidak ingin sekolah, banyak orang tua merasa solusinya adalah memberi waktu istirahat di rumah. Namun, Hoet mengingatkan bahwa hal ini justru bisa memperburuk masalah.
“Semakin kita menghindari hal-hal yang membuat cemas, semakin besar kecemasan itu,” jelasnya. “Orang tua mungkin merasa sudah melakukan yang terbaik dengan memberikan ‘hari libur kesehatan mental’, tetapi pada kenyataannya hal itu bisa membuat kecemasan semakin tumbuh.”
Kunci yang lebih efektif, menurutnya, adalah membangun komunikasi terbuka. Anak perlu merasa aman untuk menceritakan alasan sebenarnya mengapa mereka tidak ingin berangkat sekolah. Dari sana, orang tua bisa mencari solusi yang tepat, termasuk mendapatkan bantuan profesional.
Terapi Sebagai Jalan Keluar
The Kids Mental Health Foundation merekomendasikan terapi sebagai salah satu langkah penting bagi anak yang menolak sekolah. Dengan dukungan profesional, anak bisa belajar mengelola kecemasan, membangun kepercayaan diri, serta mendapatkan strategi yang sehat untuk menghadapi tantangan di sekolah.
Dengan begitu, anak tidak hanya kembali hadir di kelas, tetapi juga mampu berkembang secara akademik maupun emosional.
Baca Juga: Kasus Perundungan di Sekolah Masih Marak Terjadi, Sudahkah Berpihak pada Korban?
(*)