Perasaan tidak aman di lingkungan sosial dapat memicu kecemasan yang berujung pada penolakan sekolah. Jika dibiarkan, kondisi ini bukan hanya mengganggu perkembangan akademik, tetapi juga kesehatan mental anak dalam jangka panjang.
Peran Orang Tua: Jangan Biarkan Anak Menghindar Terlalu Lama
Ketika anak mengaku tidak ingin sekolah, banyak orang tua merasa solusinya adalah memberi waktu istirahat di rumah. Namun, Hoet mengingatkan bahwa hal ini justru bisa memperburuk masalah.
“Semakin kita menghindari hal-hal yang membuat cemas, semakin besar kecemasan itu,” jelasnya. “Orang tua mungkin merasa sudah melakukan yang terbaik dengan memberikan ‘hari libur kesehatan mental’, tetapi pada kenyataannya hal itu bisa membuat kecemasan semakin tumbuh.”
Kunci yang lebih efektif, menurutnya, adalah membangun komunikasi terbuka. Anak perlu merasa aman untuk menceritakan alasan sebenarnya mengapa mereka tidak ingin berangkat sekolah. Dari sana, orang tua bisa mencari solusi yang tepat, termasuk mendapatkan bantuan profesional.
Terapi Sebagai Jalan Keluar
The Kids Mental Health Foundation merekomendasikan terapi sebagai salah satu langkah penting bagi anak yang menolak sekolah. Dengan dukungan profesional, anak bisa belajar mengelola kecemasan, membangun kepercayaan diri, serta mendapatkan strategi yang sehat untuk menghadapi tantangan di sekolah.
Dengan begitu, anak tidak hanya kembali hadir di kelas, tetapi juga mampu berkembang secara akademik maupun emosional.
Baca Juga: Kasus Perundungan di Sekolah Masih Marak Terjadi, Sudahkah Berpihak pada Korban?
(*)