Parapuan.co - Kabar duka menyelimuti dunia hiburan Indonesia pada Jumat (15/8/2025) ketika Mpok Alpa, komedian dan presenter yang dikenal dengan gaya bicara khas Betawi, meninggal dunia setelah tiga tahun berjuang melawan kanker.
Informasi yang diungkapkan rekan-rekannya. Mengingat penyakit tersebut sudah diderita selama kurang lebih tiga tahun, artinya Mpok Alpa juga sedang berjuang melawan kanker saat dirinya tengah hamil.
Kondisi seperti ini barangkali memunculkan pertanyaan di benak Kawan Puan, apakah kanker yang diderita ibu hamil dapat berdampak pada kehamilan dan janin? Sebelum menjawab pertanyaan itu, simak informasi yang dikutip dari Cancer.org!
Kanker dan Kehamilan: Diagnosis dan Tantangan
Kehamilan bisa membuat kanker lebih sulit ditemukan, didiagnosis, dan ditangani. Hal ini karena beberapa gejala kanker—seperti kelelahan, mual, atau pembengkakan—dapat menyerupai gejala normal kehamilan.
Meski demikian, penelitian menunjukkan bahwa jika kanker ditemukan pada stadium yang sama, tingkat kelangsungan hidup ibu hamil dan yang tidak hamil relatif serupa.
Penundaan singkat dalam memulai pengobatan—yang kadang diperlukan demi keamanan janin—umumnya tidak memengaruhi hasil akhir pengobatan. Namun, setiap kasus unik. Jenis kanker, waktu diagnosis dalam masa kehamilan, dan tingkat keparahannya akan sangat memengaruhi pilihan terapi.
Dampak Kanker terhadap Janin
Dalam kebanyakan kasus, kanker tidak secara langsung menyerang janin. Penyebaran kanker ke janin melalui plasenta sangat jarang terjadi, meskipun ada laporan kasus pada jenis kanker tertentu seperti melanoma.
Baca Juga: Kanker Paru-Paru pada Perempuan, Fakta dan Pentingnya Deteksi Dini
Dampak yang lebih sering terjadi berasal dari jenis dan waktu pemberian pengobatan kanker selama kehamilan.
- Operasi: Umumnya aman dilakukan pada trimester kedua atau awal trimester ketiga, tergantung lokasi kanker.
- Kemoterapi: Tidak dianjurkan pada trimester pertama karena risiko keguguran dan kelainan bawaan. Namun, beberapa obat kemoterapi terbukti relatif aman diberikan pada trimester kedua dan ketiga, meski berisiko meningkatkan kelahiran prematur.
- Radioterapi: Tidak aman untuk janin jika dilakukan di area perut atau panggul, tetapi dapat dipertimbangkan untuk area tubuh yang jauh dari janin dengan pelindung khusus.
- Terapi hormon, terapi target, dan imunoterapi: Umumnya dihindari selama kehamilan karena potensi dampak buruk pada janin.
Pengaruh Terhadap Keputusan Medis
Dalam beberapa kasus kanker yang agresif atau ditemukan di awal kehamilan, dokter mungkin menyarankan pengobatan segera, yang bisa berbenturan dengan keselamatan janin.
Situasi ini menuntut diskusi mendalam antara pasien, keluarga, dan tim medis. Keputusan bisa mencakup menunda pengobatan, memulai terapi segera, atau bahkan mempertimbangkan penghentian kehamilan—sesuai kondisi medis dan nilai-nilai pribadi pasien.
Kanker yang dialami saat hamil adalah tantangan ganda: mempertahankan kesehatan ibu sekaligus melindungi janin. Sebagian besar kasus memungkinkan pengobatan kanker dilakukan selama kehamilan dengan penyesuaian metode dan waktu terapi.
Baca Juga: Mengapa Kanker Paru-Paru Tidak Hanya Menyerang Perokok Aktif?
Kunci utamanya adalah koordinasi erat antara tim onkologi dan dokter kandungan, serta komunikasi terbuka mengenai risiko dan manfaat setiap pilihan.
Kisah Mpok Alpa menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan kanker sering kali tidak terlihat oleh publik, apalagi ketika dijalani beriringan dengan peran sebagai seorang ibu.
Kesadaran akan deteksi dini dan penanganan yang tepat selama kehamilan menjadi langkah penting untuk melindungi nyawa ibu dan calon bayi.
(*)